Harga Minyak Terjun Bebas Meskipun Prospek Ekonomi Membaik

Penurunan harga minyak terjadi di tengah membaiknya prospek ekonomi China, yang diimbangi dengan kekhawatiran akan inflasi AS.

oleh Andina Librianty diperbarui 16 Mar 2021, 08:00 WIB
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak tergelincir pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Harga minyak sempat menyentuh di atas USD 70 per barel pada pekan lalu tetapi tak mampu bertahan di awal pekan ini.

Penurunan harga minyak ini terjadi di tengah membaiknya prospek ekonomi China, yang diimbangi dengan kekhawatiran akan inflasi AS.

Mengutip CNBC, Selasa (16/3/2021), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei turun 34 sen menjadi USD 68,88 per barel. Sementara untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman April turun 0,34 persen menjadi USD 65,39 per barel.

Paket stimulus AS besar-besaran telah disahkan bulan ini, meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi global tetapi juga inflasi.

Analis mengatakan perjanjian oleh produsen utama untuk mengekang produksi dan kembali bergairahnya permintaan karena peluncuran vaksin akan terus mendorong harga minyak naik meskipun ada kemunduran sementara.

"Jin inflasi telah menemukan kehidupan agak tidak nyaman di botolnya," kata analis pasar senior di OANDA Jeffrey Halley.

"Pelemahan harga minyak ini hanya berlangsung jangka pendek. Mengacu pada struktur pasar di mana nilai saat ini lebih tinggi daripada harga untuk kemudian, mendorong penjualan minyak," tambah dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

China dan OPEC +

Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pertumbuhan industri China dipercepat pada Januari-Februari, mengalahkan ekspektasi. Sementara data throughput kilang hariannya naik 15 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.

"Ada kepercayaan yang meningkat bahwa permintaan minyak global sedang pulih karena jumlah kematian Covid-19 di AS menurun sementara permintaan minyak China juga tampaknya pulih," kata kepala analis komoditas SEB Bjarne Schieldrop.

Semakin menambah sentimen kenaikan harga minyak, eksportir utama minyak yaitu Arab Saudi telah memangkas pasokan minyak mentah untuk pengiriman April ke setidaknya empat pembeli Asia utara hingga 15 persen.

Pengurangan pasokan terjadi karena Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau biasa disebut OPEC +, memutuskan untuk memperpanjang sebagian besar pemotongan pasokannya hingga April.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya