Bakal Produksi Mobil Listrik, Jaguar Malah PHK 2.000 Karyawan

Produsen mobil ternama Inggris, Jaguar Land Rover (JLR) telah mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 2.000 pekerjaannya

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Feb 2021, 11:00 WIB
Sebuah mobil listrik Jaguar I-PACE terlihat di area pameran Automobile selama gelaran Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) ketiga di Shanghai, China timur, pada 6 November 2020. CIIE tahun ini akan berlangsung 5-10 Novemver. (Xinhua/Ding Ting)

Liputan6.com, Jakarta Produsen mobil ternama Inggris, Jaguar Land Rover (JLR) telah mengumumkan rencana untuk memangkas sekitar 2.000 pekerjaannya selama tahun depan. Perusahaan mengatakan, efisiensi pekerja ini menyusul adanya upaya penghematan untuk mendukung rencana transformasi bisnis.

Menyadur BBC, Kamis (18/2/2021) seorang sumber JLR mengatakan, PHK ini bukan menjadi yang pertama. Sebab, ada ribuan pekerja lainnya yang juga terkena PHK selama dua tahun terakhir di tengah penurunan penjualan, yang disebabkan oleh ketidakpastian Brexit.

"Kami perlu mengurangi basis biaya untuk mencapai fondasi yang ramping, yang akan memungkinkan kami untuk bertransformasi paling efektif menjadi organisasi yang lebih gesit," katanya.

Sumber tersebut menambahkan, aksi PHK kali ini lantaran keputusan perusahaan untuk segera melakukan transformasi bisnis. Dimana, JRL telah mengonfirmasi merek Jaguar-nya akan menjadi serba listrik pada tahun 2025 mendatang.

Kendati demikian, perusahaan akan tetap berkomitmen untuk membuka ketiga pabriknya di Inggris. Sehingga, dipastikan pekerja di sektor manufaktur lainnya tidak akan terdampak PHK.

"Ini tidak memengaruhi kolega manufaktur kami yang dibayar per jam. Kami mengantisipasi pengurangan bersih sekitar 2.000 orang dari tenaga kerja bergaji global kami di tahun finansial berikutnya." tutupnya.

Sulaeman

Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Coca-Cola PHK 2.200 Pegawai di Seluruh Dunia

Ilustrasi coca-cola (AFP/Justin Sullivan)

Coca-Cola dilaporkan akan berencana untuk memangkas sekitar 2.200 pekerjaan di angkatan kerja globalnya sebagai bagian dari rencana restrukturisasi. Rencana tersebut pun dipercepat oleh perusahaan minuman bersoda tersebut, karena akselerasi dari akibat pandemi Covid-19.

Di Amerika Serikat sendiri, Coca-Cola akan melakukan PHK terhadap sekitar 1.200 pekerjaan atau 12 persen dari total tenaga kerja di negeri paman sam tersebut. Kabar tersebut pun pertama kali dilaporkanoleh Wall Street Journal, seperti melansir CNBC, Sabtu (19/12/2020)

Pada akhir tahun 2019 sendiri, perusahaan berbasis di Atlanta ini memiliki 86.200 karyawan global. Tetapi kehadiran pandemidikabarkan menghantam total pendapatan dari perusahaan minuman raksasa tersebut. Sekitar setengah dari penjualan dari Coca-Cola sendiri biasanya berasal dari konsumen yang meminum minumannya jauh dari rumah. Pada kuarta ketiga sendiri, penjualan bersih dari Coca-Cola dinyatakanturun sebesar 9 persen.

Untuk merespon krisis dari pandemi ini, Coca-Cola pada akhirnya memutuskan untuk mempercepat rencananya untuk merestrukturisasi bisnis dan mengurangi portofolio.

Perusahaan ini pun telah berhenti untuk memproduksi minuman seperti Tab dan merek Odwalla, yang sudah dinyatakan tidak laku di pasaran dan tidak punya potensi untuk berkembang.

Perusahaan yang saat dipimpin oleh James Quincey, berencana untuk membangun unit operasi baru yang berfokus pada tingkat regional dan lokal. Nantinya operasi tersebut akan bekerja sama dengan lima tim kepemimpinan pemasaran global, dimana nanti akan dibagi berdasarkan kategori.

Bagian dari reorganisasinya adalah melakukan PHK. Pada bulan Agustus, Coca-Cola mengatakan akan menawarkan paket pemberhentian sukarela kepada 4.000 pekerja di AS, Kanada, dan Puerto Rico. Secara total, Coca-Cola sendiri berharap bisa menghabiskan USD 350 juta hingga USD 550 juta untuk biaya pesangon.

Valuasi saham perusahaan yang bernilai USD 230 miliar ini pun, hanya naik kurang dari 1% dalam periode perdagangan sore hari. Stok Saham dari Coca-Cola sendiri 3 persen sejauh ini pada tahun 2020.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya