Myanmar Kudeta Militer, Bagaimana Nasib Ekspor Indonesia?

Myanmar tengah menghadapi gejolak politik dengan adanya kudeta militer terhadap pemimpin negaranya, Aung San Suu Kyi

oleh Athika Rahma diperbarui 15 Feb 2021, 18:14 WIB
Aktivitas bongkar muat kontainer di dermaga ekspor impor Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (5/8/2020). Menurut BPS, pandemi COVID-19 mengkibatkan ekspor barang dan jasa kuartal II/2020 kontraksi 11,66 persen secara yoy dibandingkan kuartal II/2019 sebesar -1,73. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Myanmar tengah menghadapi gejolak politik dengan adanya kudeta militer terhadap pemimpin negaranya, Aung San Suu Kyi. Penahanan terhadap Suu Kyi hingga 17 Februari mendatang membuat kondisi sosial politik di Myanmar semakin memanas.

Tentunya, masalah ini berpengaruh terhadap hubungan Myanmar dengan negara lain, termasuk Indonesia. Selama ini, meski bukan menjadi mitra ekspor impor utama, gejolak politik Myanmar diprediksi bakal mempengaruhi ekspor Indonesia ke sana.

"Saya tidak bisa menduga, tapi kemungkinan besar, ya (berpengaruh). Kemungkinan besar akan mempengaruhi ekspor kita ke Myanmar dalam bulan-bulan berikutnya," jelas Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto dalam keterangan pers, Senin (15/2/2021).

Adapun menurut catatan BPS, ekspor non migas Indonesia ke Myanmar mengalami peningkatan mencapai USD 38,2 juta (per Januari 2021). Nilai ini merupakan terbesar ke dua setelah capaian ekspor ke Thailand dengan nilai USD 60,4 juta.

Kendati, lanjut Suhariyanto, kontribusi ekspor Indonesia ke Myanmar tidak begitu besar jika dibandingkan dengan negara lain.

"Jadi ini untuk catatan saja, karena memang kontribusi ekspor kita tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan negara lain," katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Turun, Ekspor Januari 2021 Tercatat USD 15,30 Miliar

Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada Januari 2021 menurun dibanding bulan sebelumnya Desember 2020. Ekspor Januari tercatat sebesar USD 15,30 miliar sedangkan pada bulan sebelumnya ekspor sebesar USD 16,54 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan penurunan tersebut terjadi karena ekspor migas turun sebesar minus 13,24 persen dan posisi non migas juga turun minus 7,11 persen.

"Kalau kita lihat siklus-siklus di tahun sebelumnya selalu terjadi penurunan dari bulan Januari bulan Desember. Karena di bulan Desember banyak sekali kegiatan ,sementara di awal Januari itu tahunnya tahun baru dan dan baru mulai bergeliat," kata Suhariyanto dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Senin (15/2)

Dia mengatakan, posisi ekspor Januari sebesar USD 15,30 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, justru tercatat alami peningkatan sebesar yakni 12,24 persen persen. Di mana, periode Januari 2020, ekspor Indonesia tercatat USD 13,63 miliar.

Peningktan tersebut terjadi karena sektor migas meningkat sebesar 8,30 persen dan nonmigas 12,49 persen. "Jadi secara year on year nilai ekspor Januari pada 2021 ini mengalami peningkatan 12,24 persen," imbuh dia.

Menurut sektor, secara umum keseluruhan ekspor secara bulan ke bulan menunjukkan penurunan, namun secara tahunan justru alami kenaikan yang menggembirakan. Bahkan sampai dengan dua digit.

Misalnya saja ekspor pertanian secara month to month turun 22,19 persen. Beberapa ekpsor pertanian yang cukup besar itu adalah ekspor koi, tanamana obat, cengkeh, dan buah-buahan tahunan. Sementara jika dibandingkan secara year on year ekspor pertanian naik 13,91 persen.

"Cukup besar dan di sana beberapa ekspor pertanian yang naik secara year on year diantaranya adalah sarang burung, tanaman obat aromatik, hasil hutan bukan kayu lainnya dan satu lagi adlaah mutiara dari hasil budidaya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya