Pelan tapi Pasti, Perjalanan Komika Yudha Keling Terjun ke Pasar Modal

Komika sekaligus praktisi pasar modal Yudha Ramadhan atau dikenal Yudha Keling, sedikit bercerita sedikit asal mula tertarik untuk investasi saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 28 Jan 2021, 22:44 WIB
Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Indeks acuan bursa nasional tersebut turun 96 poin atau 1,5 persen ke 6.317,864. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah tokoh publik diketahui aktif dalam pasar modal. Beberapa di antaranya bahkan tak segan membagikan rekomendasi saham melalui akun media sosial. Hal ini lantas mendapat perhatian dari pengikut mereka di media sosial dan berbondong-bondong ikut terjun dalam pasar modal.

Tak sedikit yang berinvestasi hanya berdasarkan rekomendasi tokoh publik tersebut, tanpa pengetahuan dasar yang memadai dalam berinvestasi. Akibatnya, muncul inisiatif untuk memutar ‘uang panas’ melalui investasi saham dengan harapan imbal hasil yang besar.

Sehubungan dengan hal itu, komika sekaligus praktisi pasar modal Yudha Ramadhan atau dikenal Yudha Keling, sedikit bercerita sedikit asal mula tertarik untuk investasi saham.

Yudha menuturkan, ia tak sekonyong-konyong masuk pasar modal dengan investasi saham. Sebagai pemula dengan pengetahuan yang masih terbatas, Yudha memilih investasi melalui reksadana saham terlebih dahulu.

"Awalnya ikut reksadana saham dulu. Coba beberapa bulan terus naiknya kan emang tipis-tipis kalau reksadana daham. Nah kebetulan saham-saham lagi pada diskon (akhirnya mulai investasi saham),” beber Yudha dalam diskusi virtual, Kamis, (28/1/2021).

Yudha mengaku awalnya cukup menyenangkan. Sebab menurut hematnya, saham-saham yang sedang diskon itu akan naik di kemudian hari. Namun, dalam situasi pasar yang tidak pasti akibat pandemi ini, beberapa saham justru terjerembab. Termasuk saham-saham yang ramai dibicarakan influencer.

“Yang sekarang sering nyangkut itu saham-saham yang ikutan influencer. Saham-saham yang ramai diomom=ngin, ikut masuk, lupa keluar, akhirnya minus,” kata dia.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

Pilih Saham Fundamental Kuat

Karyawan melihat layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/1/2021). Pada hari ini, IHSG melemah pada penutupan sesi pertama menyusul perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Berdasarkan pengalaman tersebut, Yudha kini lebih memilih saham yang memiliki fundamental kuat untuk investasi jangka panjang. Setidaknya saham perusahaan yang ia kenali, seperti saham sektor perbankan dan telekomunikasi.

“Karena pengetahuannya masih sedikit, belakangan beli saham yang fundamentalnya kuat. Seenggaknya yang perusahaannya bisa dikenali sendiri. Pengennya sih nanti jadi investor jangka panjang aja karena pengetahuannya juga masih terbatas,” ujar Yudha.

"Enggak enak punya portofolio merah,” ia menambahkan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya