Menko Luhut Minta Pendeteksi Covid-19 GeNose Diterapkan Sampai ke RT/RW

Implementasi alat pendeteksi Covid-19 GeNose akan dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021.

oleh Andina Librianty diperbarui 23 Jan 2021, 16:45 WIB
Seorang pria mengetes alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). GeNose merupakan alat skrining Covid-19 yang lebih praktis ketimbang alat-alat lainnya yang sudah diberikan kepada masyarakat. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan, mengapresiasi kerja keras tim Universitas Gajah Mada (UGM) dalam menghadirkan alat pendeteksi Covid-19, GeNose. Ia mengimbau agar alat tersebut bisa tersedia di banyak tempat di Indonesia.

"Kalau bisa semua pakai ini. Semakin banyak yang pakai, akurasi lebih tajam, biaya turun, dan lebih penting lagi ini buatan Indonesia," kata Luhut saat meninjau GeNose di Stasiun Kereta Api Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Penggunaan GeNose, katanya, harus diperluas ke bandara, pelabuhan laut, jaringan hotel dan supermarket, hingga ke pemukiman warga.

"Kita pakai di bandara, pelabuhan laut, stasiun kereta sampai RT/RW. Semakin banyak yang pakai, cost akan turun dan biaya pemakain satu orang juga bisa berkurang," jelas Luhut.

Ditambahkan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, implementasi alat GeNose akan dimulai di stasiun-stasiun Kereta Api (KA) pada 5 Februari 2021. Setelah itu akan diperluas ke lokasi transportasi lain.

"Kita rencakan di kereta api akan dimulai pada 5 Februari 2021. Bertahap setelah itu baru pesawat terbang," tutur Budi.

Implementasi GeNose di stasiun ini, kata Budi, akan mengurangi beban penumpang KA dibandingkan melakukan Rapid Test Antigen. Biaya tes GeNose sendiri diharapkan bisa di bawah Rp 20 ribu.

Seperti diketahui sebelumnya, penumpang kereta api jarak jauh diwajibkan untuk melakukan Rapid Test Antigen. Harga Rapid Test ini beragam mencapai ratusan ribu rupiah.

"Kereta api ini kan tarifnya rendah, jadi kalau antigen lebih mahal daripada tarif, kasihan," tutur Budi.

Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceran tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100 ribu kali.

Saat ini yang sudah mengimplementasikan GeNose antara lain kantor Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan beberapa Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 3 halaman

Ini Bedanya Tes Covid-19 Lewat GeNose dan PCR

Alat deteksi Covid-19, GeNose. (Dok Kemenhub)

Pemerintah berencana mengimplementasikan alat pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada (UGM), GeNose. Alat ini bisa menjadi opsi baru sebagai pegganti tes antigen atau serologi, tapi bukan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo. "Antigen bisa, serologis bisa (sebagai pengganti). Kalau negatif GeNose, sudah hampir kita pastikan tidak perlu PCR," kata Eko di Stasiun KA Pasar Senen pada Sabtu (23/1/2021).

Eko menjelaskan GeNose didesain untuk melakukan skrining. Oleh sebab itu, dalam prosesnya diutamakan agar tidak terjadi negatif false yaitu hasil tes negatif tapi ternyata positif Covid-19.

Ini merupakan salah satu pembedanya dengan tes PCR yang merupakan alat diagnostic.

Tes PCR tetap harus dilakukan jika tes GeNose menunjukkan hasil positif. Namun jika hasil GeNose negatif, maka dinilai tidak perlu tes PCR.

Secara akurasi, kata Eko, tes GeNose tidak jauh berbeda Dengan PCR. Tingkat akurasi GeNose diklaim di atas 90 persen.

"Perbedaan dengan PCR itu, negatif false beda 3 persen. Namun memang GeNose ini adalah alat skrining cepat," tutur Eko.

3 dari 3 halaman

Cara Kerja GeNose

Seorang pria memperagakan alat GeNose C19 buatan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Kementerian PMK, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Alat GeNose C19 bisa digunakan di stasiun transportasi umum, pabrik, kantor-kantor hingga tempat perbelanjaan. (merdeka.com/Imam Buhori)

GeNose mendeteksi virus melalui embusan napas yang di simpan di dalam sebuah kantung. Napas yang diambil adalah napas ketiga untuk mendapatkan hasil mendekati keadaan sebenarnya.

Setelah itu, kantung napas akan diletakkan atau dihubungan ke alat GeNose yang didukung ke cerdasan buatan. Kemudian alat deteksi tersebut akan mengeluarkan hasil tes dalam waktu 50 detik.

Alat GeNose ini akan dijual dengan harga eceram tertinggi Rp 62 juta sebelum pajak. Satu alat bisa dipakai 100 ribu kali.

Saat ini yang sudah mengimplementasikan GeNose antara lain kantor Kementerian Ristek dan Teknologi (Ristek) dan beberapa Rumah Sakit (RS) di Yogyakarta.

""Utamanya untuk saat ini di kantor-kantor dan fasilitas kesehatan," kata Eko.

Pihak UGM sudah meproduksi 100 alat dalam batch pertama. Produksi batch kedua sebanyak 3.000 akan dirilis pada bulan ini.

Batch kedua ini, Menurut Eko, sudah banyak pihak swasta yang memesan alat GeNose. Selanjutnya, pihak UGM tiap bulan berencana memproduksi minimal 1.000 alat. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya