Ratusan Ternak Milik Warga Pengungsi Erupsi Gunung Ili Lewotolok Mati

Sebanyak 303 ternak milik warga sekitar Gunung Ili Lewotolok mati. Mengapa?

oleh Dionisius Wilibardus diperbarui 16 Des 2020, 07:00 WIB
Ratusan ternak milik warga korban erupsi Gunung Api Ili Lewotolok mati dan akan dikuburkan. (Liputan6.com/Dionisius Wilibardus)

Liputan6.com, Lembata - Ratusan ternak milik warga korban erupsi Gunung Api Ili Lewotolok mati, akibat ditinggalkan oleh pemiliknya ke tempat pengungsian.

Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Lembata, Kanisius Tuaq kepada Liputan6.com, Selasa (15/12/2020) mengatakan ratusan ternak yang mati ini, merupakan milik warga dari Kecamatan Ile Ape dan Kecamatan Ile Ape Timur, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Banyak ternak mati karena kelaparan, ada penyakit bawaan. Ada yang terbelit, ada juga yang terlepas lalu di panah warga setempat karena merusak tanam kebun. Ada juga yang digigit anjing," bebernya.

Sesuai dengan data Dinas Peternakan Kabupaten Lembata per tanggal 9 Desember 2020 sebanyak 303 ternak milik warga mati.

Kanis mengatakan, selain ratusan ternak mati, sesuai data lapangan per tanggal 9 Desember 2020 ditemukan sebanyak 1.133 ternak milik warga dua kecamatan.

"Kita sudah melakukan identifikasi pascaerupsi (29/11/2020) dan melakukan pengobatan terhadap 1.133 ternak sakit yang terdiri dari kambing, babi, sapi, ayam, kuda, dan domba," ungkapnya.

Untuk saat ini, Dinas Peternakan Kabupaten Lembata masih sebatas melakukan skenario pengobatan dan edukasi kepada warga, sehingga penanganan lanjutan yang lebih optimal belum bisa dilakukan. Pasalnya, pemerintah masih terbentur dengan imbauan pihak Pos Pemantauan Gunung Api Ili Lewotolik untuk menjaga jarak aktivitas dalam radius 4 kilometer dari pusat erupsi.

Sementara drh Priska Clayu Apelabi, kepada Liputan6.com (15/12/2020) mengatakan ratusan ternak milik warga pengungsi erupsi Gunung Ili Lewitolok yang mati karena sakit tersebut disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor yang paling utama matinya ratusan ternak tersebut sakit dan mati karena tidak mendapatkan makanan, bukan karena muntahan material vulkanik beracun.

Dirinya memastikan bahwa hal itu terjadi karena pemberian pakan tidak lagi normal, adanya panas dan hujan atau dingin berkepanjangan.

 

Simak juga video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya