Penyaluran Dana PEN di 11 BPD Capai 85 Persen

Pemerintah telah menempatkan dana kepada 11 Bank Pembangunan Daerah (BPD) senilai Rp 14 triliun

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Des 2020, 13:27 WIB
Petugas menata tumpukan uang kertas di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Kamis (6/7). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada sesi I perdagangan hari ini masih tumbang di kisaran level Rp13.380/USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah menempatkan dana kepada 11 Bank Pembangunan Daerah (BPD) senilai Rp 14 triliun dengan target penyaluran Rp 29,11 triliun. Jumlah yang sudah terealisasi sebesar 85,59 persen atau Rp 24,92 triliun.

Dalam Evaluasi Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah: Dampak Pandemi Covid-19, Komisi IX RI menjabarkan realisasi penyaluran dana PEN melalui Penempatan Uang Negara (PUN) yang disalurkan kepada 11 BPD itu.

Yang pertama yaitu Bank BJB. Bank BJB menerima dana paling tinggi dari 10 bank lainnya, yaitu sebesar Rp 2,5 triliun. Di urutan kedua, bank yang menerima dana terbesar yaitu Bank Jatim, Bank DKI, dan Bank Jateng. Ketiganya telah menerima dana sebesar Rp 2 triliun.

"Di urutan ketiga yakni Bank Sulutgo, Bank Sulselbar, Bank Sumut, dan Bank BPD DIY. Keempat bank ini menerima dana Rp 1 triliun," kata Anggota Komisi IX DPR RI Indah Kurnia mengatakan, program PEN dalam webinar Puslit DPR RI, Kamis (10/12/2020).

Ada 3 bank yang mendapatkan dana kurang dari Rp 1 triliun. Ketiga bank itu yaitu Bank BPD Bali Rp 700 miliar, Bank Kalbar Rp 500 miliar, dan yang mendapatkan dana PEN paling sedikit yaitu Bank Jambi Rp 300 miliar.

Indah berharap, BPD memiliki peran yang sangat besar dalam membantu pemerintah untuk menyukseskan program PEN. Masing-masing BPD mempunyai peran untuk menyalurkan kredit produktif ke sektor ekonomi andalan daerah seperti sektor pariwisata, perdagangan, pendidikan, dan kesehatan.

"Nah kalau kredit konsumsi disalurkan kepada ASN dan guru yang saat ini membutuhkan sarana dan prasarana untuk proses belajar-mengajar daring. Sehingga, bukan hanya meningkatkan produktivitas, tapi juga meningkatkan daya beli masyarakat," ujarnya.

Politikus yang bertugas menangani keuangan negara itu juga menyampaikan laporan penyaluran kredit yang dilakukan oleh ke-11 BPD tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Penyaluran Kredit

Ilustrasi Mata Uang Rupiah. Kredit: Mohamad Trilaksono (EmAji) via Pixabay

Bank Jateng menyalurkan kredit terbesar, yakni mencapai Rp 6,02 triliun. Sementara itu, Bank BJB telah menyalurkan Rp 5,34 triliun, dan Bank Jatim sebesar Rp 5,16 triliun. 

"Bank DKI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 2,8 triliun, Bank BPD Bali Rp 1,63 triliun, dan Bank Sulutgo Rp 1,07 triliun," kata Indah.

Sementara itu, masih ada lima BPD yang menyalurkan kredit dibawah Rp 1 triliun. Bahkan ada BPD yang hanya menyalurkan kredit sebesar Rp 1,09 miliar.

Dia pun menyadari jika di masa sulit seperti ini, pihak bank maupun debitur saling menahan diri untuk mengambil kredit. Hal ini sempat disampaikan oleh Menteri Keuangan RI Sri Mulyani dua hari lalu. Padahal, kata Indah, bank sangat bergantung pada penerimaan bunga kredit.

"Bank itu hidupnya dari penerimaan bunga kredit bukan deposito, nah sekarang bank itu kondisinya yang meletakan kredit selama pandemi itu sedikit. Tapi sebenarnya kalau BPD itu masih flat, tidak separah bank persero atau swasta nasional yang memang turun," ujar Indah.

Kelima BPD yang menyalurkan kredit dibawah Rp 1 triliun yaitu Bank Sulselbar Rp 747 miliar, Bank Sumut Rp554 miliar, Bank Jambi Rp276 miliar, Bank Kalbar Rp238 miliar, dan Bank BPD DIY hanya Rp1,09 miliar. Mantan manajer Persebaya ini pun akan mencari tahu mengapa BPD DIY hanya menyalurkan kredit sebesar Rp 1 miliar.

"Bank BPD DIY dapat Rp 1 triliun, di catatan kami ini dia hanya bisa menyalurkan kredit Rp 1 miliar, nanti saya cek lagi, kok hanya Rp 1 miliar," tutupnya.

Rifa Yusya Adilah

Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya