Model Bisnis Koperasi jadi Jurus Menteri Teten Wujudkan Ketahanan Pangan

Menteri Koperasi dan UK, Teten Masduki mengaku telah memiliki model bisnis bagi koperasi pangan untuk masuk dalam skala bisnis layaknya korporasi.

oleh Tira Santia diperbarui 01 Okt 2020, 12:30 WIB
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengaku telah memiliki model bisnis bagi koperasi pangan untuk masuk dalam skala bisnis layaknya korporasi, guna mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Ia berharap model bisnis ini bisa diadopsi oleh Koperasi Perjuangan Usaha Tani, di Jombang, Jawa Timur, yang merupaka transformasi dari Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) Sugihwaras, Jombang.

Maka dari itu, dirinya mengapresiasi transformasi Gapoktan menjadi koperasi. Namun hal ini dinilainya belum selesai, karena koperasi harus terus berkembang agar mensejahterakan anggotanya.

"Koperasi ini sekarang mengelola 200 hektare lahan dengan 100 anggota, ini sudah cukup luas, walaupun bisa dikembangkan hingga 1000 hektare. Karena untuk membangun kelembagaan usaha koperasi ini agar semakin kuat, idealnya mencapai 1000ha," kata Teten, di Surabaya, Kamis (1/10/2020).

Pihaknya bersama dengan Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sudah memiliki bisnis model untuk koperasi pangan dalam pengembangan usaha, modernisasi dan memperluas usaha.

"Konsep kami ini korporatisasi, nanti petani menjual produk ke koperasi, koperasi ini kemudian mengolah jadi beras. Lalu urusan ke market atau pasar biarkan koperasinya, karena umumnya market itu bayarnya mundur sehingga petani tidak mungkin bisa karena keterbatasan dana," ujarnya.

Sehingga dengan model bisnis itu, koperasi akan melindungi petani dari permainan harga. Karena itu, koperasi harus diperkuat pembiayaannya untuk dapat menyerap produksi petani dan membantu pemberian modal petani, serta memperkuat investasi untuk pengembangan RMU (Rice Milling Unit) atau mesin penggilingan padi modern.

Di Belanda, New Zealand, dan Australia, kata Teten mencontohkan, wadahnya koperasi yang dilakukan dalam bentuk korporasi. Kelebihannya, keuntungan semua usaha tani dinikmati oleh seluruh anggotanya. Maka koperasi juga harus mengembangkan digitalisasi agar saat masuk dalam skala bisnis ekonomi, tidak kalah dengan korporasi.

"Yang paling bagus itu jika koperasi juga memiliki offtaker dan kredit koperasi dijamin Jamkrida. Dengan begitu, koperasi akan sehat, efisien dan ada offtaker, pasti lembaga pembiayaan berebut menyalurkan biaya," imbuhnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Beri Bantuan

Kementerian Koperasi dan UKM sejak awal membuka kerja sama seluas-luasnya dengan berbagai pihak dengan prinsip transparan, akuntabel, dan semata-mata demi memajukan koperasi dan UMKM di Tanah Air.

Pada kesempatan tersebut Teten menyerahkan SK Pengesahan Badan Hukum pendirian Koperasi kepada Ketua Koperasi Perjuangan Usaha Tani, Moh Asmui, dan disaksikan Bupati Jombang, Mundjidah Wahab.

Selanjutnya, Menteri Teten melanjutkan Roadshow ke Surabaya membagikan secara simbolis bantuan kepada 1,1 juta UMKM di Jawa Timur berupa Program Bantuan Presiden Produktif untuk Usaha Mikro (BANPRES – PUM), bersama dengan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa.

“BANPRES-PUM menjadi upaya pemerintah meringankan beban koperasi UMKM selama pandemi COVID-19 dan program untuk memulihkan ekonomi nasional. UMKM yang tidak bankable ini diberikan bantuan Rp2,4 juta. Untuk satu kabupaten/kota ada 20 ribu UMKM yang mendapatkannya,” katanya.

Ditempat yang sama, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, terdapat sekitar 9,78 juta UMKM di Jawa Timur dan diharapkan ke depan dapat memperoleh kuota tambahan UMKM memperoleh BANPRES-PUM.

“Kami laporkan ke Presiden, bahwa 54 persen PDRB Jawa Timur didukung oleh UMKM. Maka kami mengajukan permohonan agar ada bantuan tambahan dan semoga dapat didukung 2 juta bantuan Produktif untuk Usaha Mikro (PUM),” kata Khofifah.

Tingginya angka tersebut, Khofifah menyebutnya sebagai modal sosial sekaligus modal ekonomi cukup besar untuk menopang perekonomian berbasis kerakyatan di Jawa Timur. “Hal ini menjadi penguatan bagi pergerakan ekonomi di Jawa Timur. Tentu berseiring dalam rangka mengendalikan COVID-19,” pungkas Khofifah.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya