Pengusaha Sebut Sektor Pariwisata Masih Sepi hingga 2021

Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan sektor pariwisata menjadi sektor yang pemulihannya lambat

oleh Tira Santia diperbarui 18 Agu 2020, 15:00 WIB
Malioboro biasanya menjadi tujuan ribuan pengunjung setiap harinya. Namun, kini Malioboro sepi dari pengunjung lebih dari sebulan. Bagaimana ekosistem yang ada semenjak Malioboro sepi.

Liputan6.com, Jakarta Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebutkan sektor pariwisata menjadi sektor yang pemulihannya lambat dibanding sektor lain.

“Kita tahu semenjak covid-19 merebak di Indonesia pada pertengahan Maret, di pariwisata langsung mengalami dampak paling awal, kami sebut pariwisata mati suri karena masih awal tahun kita punya proyeksi yang sudah dibuat akhirnya semuanya ambyar,” kata Sekretaris Badan Pengurus Daerah Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI DIY) Herman Tony, dalam webinar Stimulus Keringanan Tarif Listrik, Selasa (18/8/2020).

Menurutnya, sektor pariwisata hingga saat ini belum mengalami perkembangan positif yang signifikan. Hal ini karena masih ada batasan pergerakan orang. Padahal pariwisata bisa hidup Kembali jika ada pergerakan orang.

Sebagai contoh, ia menyebut Malioboro yang menjadi ikon pariwisata di Yogyakarta yang biasa ramai, namun setelah pandemi Covid-19 otomatis sepi pergerakan orang. Sehingga berpengaruh terhadap perkembangan elemen lainnya seperti hunian hotel.

“Kita bisa lihat rangkuman dari BPS data April 2019 versus April 2020 itu tingkat penghunian Kamar masih 53,90 persen. Namun begitu April 2020 langsung melorot sangat signifikan jatuh menjadi 12,67 persen dan seterusnya semakin turun,” ujarnya.

Kendati begitu, perkembangan sektor pariwisata dan hotel pada Juni 2020 mengalami kenaikan sebesar 19,70 persen. Padahal operasional hotel itu bisa bernafas lega jika pertumbuhannya hingga 50 persen.

“Jadi bisa bayangkan pelaku usaha pariwisata khususnya hotel belum mendapatkan untung,” ujarnya.

Oleh karena itu PHRI pusat dan daerah, Kata Herman ,untuk sementara sampai tahun depan belum bisa mengharapkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan domestik seperti tahun-tahun sebelumnya. Lantaran hingga saat ini transportasi masih dibatasi.

“Mungkin ada daerah yang sudah siap menerima tamu (wisatawan), tapi dari daerah asal masih ada perbatasan pergerakan. Maka akan mempengaruhi kegiatan pariwisata ekonomi di destinasi tertentu yang akhirnya bisa dilihat dari tingkat hunian kamar hotel di destinasi tersebut,” pungkasnya. 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

2 dari 2 halaman

Bangkitkan Pariwisata, Jokowi Anggarkan Rp 14,4 Triliun di 2021

Turis berselancar di pantai Kuta dekat Denpasar di pulau resor Indonesia di Bali (3/5). Daerah ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. (AFP Photo/Sonny Tumbelaka)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada 2021 tetap melanjutkan pembangunan pariwisata di Indonesia. Usai pandemi COvid-19, sektor pariwisata dinilai menjadi salah satu yang akan bangkit cukup cepat.

Untuk itu, pembangunan pariwisata tahun 2021 dianggarkan sekitar Rp14,4 triliun yang diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi di sektor pariwisata.

"Kebijakandilakukan melalui pemulihan pariwisata, dengan pengembangan destinasi pada 5 fokus kawasan yaitu DanauToba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang," tegas Jokowi di Gedung MPR/DPR RI, Jumat (14/8/2020).

Selain itu, juga dilakukan pengembangan aspek 3A: atraksi,aksesibilitas, dan amenitas yang diperkuat dengan peningkatan pada promosi dan partisipasi pelaku usaha swasta.

Dalam pengembangannya, juga dilakukan pendekatan storynomics tourism yang mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan kekuatanbudaya.

Terakhir, dikatakan Jokowi, pemerintah akan memanfaatkan skema KPBU dalam membangun pusat-pusat hiburan, seperti theme park yang akan menyerap banyak wisatawan

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya