Berencana Pakai Vaksin COVID-19 Rusia, Vietnam Pesan 50 hingga 150 Juta Dosis

Vietnam dilaporkan berencana memesan 50 hingga 150 juta dosis vaksin COVID-19 dari Rusia

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 15 Agu 2020, 20:00 WIB
Vaksin COVID-19 yang dikembangkan laboratorium Institut Penelitian Ilmiah Epidemiologi dan Mikrobiologi Gamaleya, Moskow, Rusia, 6 Agustus 2020. Menurut Presiden Rusia Vladimir Putin pada 11 Agustus 2020, negaranya telah mendaftarkan vaksin COVID-19 pertama di dunia. (Xinhua/RDIF)

Liputan6.com, Jakarta Vietnam menjadi salah satu negara yang berencana akan membeli vaksin COVID-19 buatan Rusia yang baru saja dirilis beberapa waktu lalu. Kementerian Kesehatan setempat dikabarkan telah mengajukan permohonan tersebut.

Dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, Vietnam berencana memesan 50 hingga 150 juta dosis vaksin COVID-19 dari Rusia.

Selain itu, dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (15/8/2020), Rusia dikabarkan juga akan "menyumbangkan" sebagian dari vaksin buatan mereka di luar pembelian. Namun belum diketahui informasi mengenai kapan mereka akan dikirim serta berapa biaya yang harus dibayarkan.

Di luar vaksin Rusia, Vietnam dikabarkan juga tengah mengembangkan sendiri vaksin COVID-19 yang direncanakan akan tersedia akhir 2021.

"Vietnam masih akan terus mengembangkan vaksin COVID-19 di negeri sendiri," kata Kementerian Kesehatan dalam pernyataan resminya.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Rusia Luncurkan Vaksin

Anak laki-laki melihat ke belakang saat mengendarai skuter dengan seorang perempuan di Hanoi, ibu kota Vietnam pada 11 Agustus 2020. Setelah mencatat nol kasus COVID-19 selama lebih dari tiga bulan, Vietnam melaporkan sejumlah infeksi baru di dalam negeri sejak akhir Juli. (MANAN VATSYAYANA/AFP)

Sebelumnya, Rusia secara resmi merilis vaksin COVID-19 dengan nama "Gam-COVID-Vac" atau lebih dikenal dengan nama "Sputnik V." Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Presiden Vladimir Putin pada Selasa pekan ini, waktu setempat.

"Saya tahu (vaksin) telah terbukti efisien dan membentuk kekebalan yang stabil," ujarnya.

Meski tahap penelitiannya dipertanyakan banyak pihak karena minimnya hasil studi yang dipublikasikan, namun mereka mengharapkan agar vaksinasi massal bisa mulai dilakukan bulan Oktober.

TASS mengabarkan, vaksin yang dikembangkan oleh Gamaleya National Research Center for Epidemiology and Microbiology ini telah sukses melewati uji klinis pada Juni hingga Juli.

Sementara di Vietnam, Kepala Satgas Penanganan COVID-19 setempat Vu Duc Dam mengatakan bahwa saat ini tidak ada pilihan selain "hidup aman bersama virus."

"Jadi setiap orang harus tetap waspada dan tahu bagaimana melindungi diri dari virus," kata Dam.

Berdasarkan data dari Worldometer Sabtu (15/8/2020) pukul 08.37 pagi, angka positif COVID-19 di Vietnam mencapai 930 kasus dengan 22 orang dinyatakan meninggal dunia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya