Sukses

Vaksin COVID-19 Buatan Rusia Diklaim Paling Kebal Tapi Diragukan Ahli, Kenapa?

Rusia mengklaim, vaksin buatan negerinya sangat efektif. Namun hal ini menuai pro dan kontra sebab Rusia ternyata tidak mengikuti prosedur WHO.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan di Rusia telah disetujui kurang dari dua bulan pengujian pada manusia.

Para pejabat setempat mengatakan, mereka berencana untuk memulai vaksinasi massal pada Oktober. Namun Ahli menyayangkan hal tersebut dan menganggap peneliti mengambil jalan pintas.

Di tengah kekhawatiran akan pandemi COVID-19 yang mengancam jiwa, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak Rusia pekan lalu untuk mengikuti pedoman internasional jika mau memproduksi vaksin COVID-19.

Hal ini diungkapkan pada Selasa lalu, bahwa WHO telah melakukan pembicaraan dengan pihak berwenang Rusia tentang peninjauan terhadap vaksin, yang diberi nama Sputnik-V tersebut. Ini karena vaksin COVID-19 Rusia tidak termasuk dalam daftar enam vaksin WHO yang telah mencapai uji klinis fase tiga, yang melibatkan pengujian yang lebih luas pada manusia.

Padahal ada lebih dari 100 vaksin di seluruh dunia sedang dalam pengembangan awal, dengan beberapa diantaranya sedang diuji pada orang-orang dalam uji klinis.

Meskipun ada kemajuan pesat, sebagian besar ahli berpendapat bahwa vaksin apa pun tidak akan tersedia secara luas hingga pertengahan 2021.

Bagaimana pun, Putin mengklaim bahwa vaksin ini pertama di dunia, yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow. Vaksin COVID-19 tersebut menawarkan "kekebalan berkelanjutan" terhadap virus corona.

Ia juga mengungkapkan kalau vaksin itu cukup efektif tanpa memberikan rincian lebih lanjut, melainkan lebih menekankan bahwa vaksin itu telah lulus  dari semua pemeriksaan yang diperlukan.

Putin juga mengatakan, salah satu anaknya yang telah menerima vaksin COVID-19 tersebut dan merasa baik-baik saja meskipun suhunya meningkat sesaat. Namun tanpa menyebutkan siapa di antara dua putrinya (Maria Vorontsova dan Katerina Tikhonova) yang telah menerima vaksin tersebut.

"Setelah injeksi pertama, suhunya 38 derajat, hari berikutnya 37,5, dan hanya itu. Setelah injeksi kedua suhunya naik sedikit, lalu normal kembali," ujar Presiden Putin saat pertemuan.

Sangat jarang Presiden Putin berbicara di depan umum tentang putrinya dalam laporan media sehingga kehidupan mereka sangat penuh kerahasiaan.

 

Simak Video Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa kata ahli?

Ilmuwan Rusia mengatakan uji coba tahap awal vaksin telah selesai dan hasilnya sukses.

Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus (kelompok virus) yang telah disesuaikan, virus ini mirip flu biasa. Namun persetujuan vaksin oleh regulator Rusia datang sebelum selesainya studi yang lebih besar yang melibatkan ribuan orang, yang dikenal sebagai uji coba fase tiga.

Padahal, para ahli menganggap uji coba ini sebagai bagian penting dari proses pengujian.

Meskipun demikian, Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan pada hari Selasa bahwa vaksin itu terbukti sangat efektif dan aman. "Ini adalah langkah besar menuju 'kemenangan umat manusia' atas COVID-19."

Pejabat Rusia mengatakan vaksin itu diberi nama Sputnik-V untuk menghormati satelit pertama di dunia. Sputnik adalah kata dalam bahasa Rusia untuk satelit.

Mereka menyamakan pencarian vaksin dengan perlombaan luar angkasa yang diperebutkan oleh Uni Soviet dan AS selama Perang Dingin. Rusia sebelumnya telah dituduh oleh Inggris, AS, dan Kanada berusaha mencuri penelitian terkait Covid-19.

Fergus Walsh, seorang analis koresponden medis, mengatakan kalau data vaksin Rusia tidak dapat diverifikasi.

"Rusia melacak vaksin COVID-19 dengan kecepatan yang luar biasa. Mereka memulai uji klinis pertama pada 17 Juni, beberapa bulan setelah uji klinis yang dilakukan oleh tim di China, AS dan Eropa. Tidak seperti kelompok lain, Institut Gamaleya di Moskow belum merilis data keamanan atau kekebalan apa pun dari studinya. Hal ini membuat ilmuwan independen tidak mungkin membuat penilaian," ujar Walsh.

"Presiden Putin ingin mengirimkan pesan yang jelas kepada dunia tentang kehebatan sains Rusia. Tapi menjadi yang pertama saja tidak cukup. Belum ada vaksin Covid-19 yang sedang dikembangkan yang terbukti menawarkan perlindungan terhadap virus corona. Pertanyaan utama itu saja masih belum terjawab," jelas Walsh.

 

3 dari 3 halaman

Reaksi terhadap upaya vaksin Rusia

Kemajuan yang menurut Rusia sudah mereka bentuk terhadap COVID-19, rupanya ditanggapi dengan skeptis oleh pejabat kesehatan dan outlet media di AS dan Eropa.

Bulan lalu, pakar penyakit menular terkemuka di Amerika, Dr Anthony Fauci, menyatakan keraguannya tentang ketelitian proses pengujian dalam upaya vaksin jalur cepat di Rusia dan China.

Juru bicara WHO Christian Lindmeier menggemakan sentimen tersebut, mengatakan kepada wartawan pada 4 Agustus: "Kadang-kadang peneliti individu mengklaim mereka telah menemukan sesuatu, yang tentu saja, seperti itu merupakan kabar baik. Tapi antara menemukan atau memiliki petunjuk tentang kemungkinan memiliki vaksin yang berhasil, dan telah melalui semua tahapan, adalah perbedaan besar."

Sementara itu, Association of Clinical Trials Organizations (Acto) yang berbasis di Moskow, yang mewakili perusahaan obat top dunia di Rusia, mendesak kementerian kesehatan untuk menunda persetujuan hingga setelah uji coba fase ketiga.

Direktur eksekutif Acto Svetlana Zavidova mengatakan kepada situs MedPortal Rusia bahwa keputusan vaksinasi massal telah dilakukan setelah tes gabungan fase pertama dan kedua pada 76 orang, dan sulit untuk mengkonfirmasi kemanjuran obat atas dasar ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.