BI Catat Terjadi Deflasi 0,03 Persen di Pekan Keempat Juli 2020

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan berasal dari bawang merah sebesar -0,10 persen (mtm) dan daging ayam ras sebesar -0,03 persen (mtm).

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Jul 2020, 14:52 WIB
Seorang pembeli melintas di antara kios di pasar Kebayoran Lama, Jakarta, Senin (2/12/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi sepanjang Januari-November 2019 sebesar 2,37 persen, lebih kecil ketimbang periode yang sama tahun lalu sebesar 2,50 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Survei Pemantauan Harga yang dijalankan Bank Indonesia (BI) untuk minggu keempat bulan Juli 2020 mencatat bahwa terjadi deflasi sebesar 0,03 persen (mtm). Sehingga inflasi pada Juli 2020 diperkirakan 1,06 persen (ytd) dan 1,61 persen (yoy).

"Survei Pemantauan Harga minggu keempat bulan Juli 2020 mengalami deflasi sebesar 0,03 persen (mtm)," kata Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Onny Widjanarko dalam siaran persnya, Jakarta, Jumat (24/7/2020).

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan berasal dari bawang merah sebesar -0,10 persen (mtm), daging ayam ras sebesar -0,03 persen (mtm), bawang putih sebesar -0,03 persen (mtm). Lalu, gula pasir sebesar -0,02 persen (mtm), jeruk sebesar -0,02 persen (mtm) dan cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu telur ayam ras sebesar 0,05 persen (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04 persen (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01 persen (mtm).

Untuk itu, Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu. Termasuk langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh.

Tujuannya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

2 dari 2 halaman

Bank Indonesia Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Minus 4,8 Persen

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 bakal menyentuh hingga minus 4,8 persen. Angka ini lebih tinggi daripada proyeksi pemerintah yang berada pada posisi minus 4,3 persen.

"Kita tetap mengalami masa yang sulit, kuartal II Kemenkeu 4,3 persen negatif, BI angka kurang lebih sama, antara 4 sampai 4,8 persen," kata Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 akan terkoreksi lebih dalam. Bahkan laju pertumbuhan ekonomi di kuartal II akan lebih buruk dari kuartal I sebesar 2,97 persen.

"Di dalam negeri pertumbuhan ekonomi nasional triwulan kedua dari berbagai data kami pantau akan alami kontraksi. Triwulan (kuartal) II lebih rendah dari triwulan I-2020," kata dia.

Menurut Perry, pelemahan yang terjadi dapat dilihat dari berbagai indikator komponen pertumbuhan ekonomi yang juga menurun. Misalnya saja kondisi perdagangan ekspor Indonesia berdampak turun sejalan dengan kontralsi perekonomian global.

Tak hanya itu, konsumsi rumah tangga juga melemah tajam karena terjadinya penurunan pendapatan masyarakat dan aktivitas ekonomi karena pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Di tambah lagi, realisasi belanja pemerintah yang juga turun di tahun ini.

"Dan ini sumber pertumbuhan ekonomi yang saat ini diharapkan mendorong ekonomi," imbuh dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya