PDIP Siapkan Strategi Hadapi Pertarungan Politik di Pilkada Solo

Terkait strategi pemenangan cawali-cawawali dari PDIP pada Pilkada Solo 2020, Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo enggan menyampaikan.

Oleh SoloPos.com diperbarui 16 Jun 2020, 19:23 WIB
Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo usai mengikuti aksi tolak bala usir corona dengan cukur gundu di Lojo Gandrung, Solo, Rabu (25.3).(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Solo - Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo memprediksi perolehan suara untuk calon wali kota-calon wakil wali Kota Solo dari PDIP berpotensi turun pada pemilihan kepada daerah (Pilkada) Solo 9 Desember 2020.

Kemungkinan turunnya perolehan suara pasangan cawali-cawawali dari PDIP dikarenakan kondisi pandemi Covid-19.

"Pemilu kan yang milih rakyat. Rakyat yang paling banyak kan PDIP. Nah ini pasti ada pengaruhnya. Orang kalau takut betul, dipaksa pun tidak berangkat kok," ujar Rudy.

Namun, Rudy mengaku jajaran PDIP Solo sudah siap menghadapi pertarungan politik di Pilkada 2020. Begitu rekomendasi cawali-cawawali Solo dari DPP PDIP turun, dia akan langsung menyampaikan ke semua jajaran partai.

Tapi Rudy tidak mau berbicara banyak terkait siapa yang mungkin mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP. Menurut dia, rekomendasi cawali-cawawali menjadi urusan DPP PDIP.

"Rekomendasi urusan DPP lah. Saya ndak pernah ngejar-ngejar itu. Kalau DPP sudah mengeluarkan [rekomendasi] ya langsung kami sampaikan begitu saja," imbuh dia.

Terkait strategi pemenangan cawali-cawawali dari PDIP pada Pilkada Solo 2020, Rudy enggan menyampaikan. Dia beralasan strategi pemenangan pilkada merupakan rahasia yang tidak bisa diumbar ke publik.

Namun yang jelas, dia menegaskan sudah menyiapkan strategi tersebut. 

"Kami sudah terbiasa dengan pemilu. Tapi besok itu bukan pesta demokrasi kok. Soalnya orang nyoblos wedi [takut] kena virus," papar dia.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Anggaran Pilkada

Disinggung tentang anggaran Pilkada 2020, Ketua DPC PDIP yang juga Wali Kota Solo ini menyatakan, Pemkot tak mampu mengcover tambahan anggaran yang diminta KPU yang mencapai Rp 10,6 miliar.

Saat ini menurut dia Pemkot Solo sedang mengalami kesulitan anggaran lantaran tersedot untuk penanganan Covid-19.

Dia mencontohkan kesulitan Pemkot Solo membayar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun ini.

"Wong bayar listrik ora isa kok bayar pilkada. Nanti minta pusat. Pemkot ndak mungkin bisa bayar Rp 11 miliar," urai Rudy.

Disinggung opsi penggunaan anggaran Covid-19 untuk protokol kesehatan pilkada, Rudy menyatakan tidak bisa. Sebab anggaran tersebut sudah diploting di organisasi perangkat daerah (OPD) masing-masing.

 

Simak berita Solopos.com lainnya di sini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya