Apakah Peraih Medali Emas Olimpiade Dikenakan Pajak Oleh Pihak Negara?

Bagi para atlet, emas olimpiade adalah impian. Namun, apakah peraih medali emas ini akan dikenakan pajak?

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 24 Apr 2020, 20:10 WIB
Ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, merebut medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016 setelah mengalahkan pasangan Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying, pada partai final di Riocentrio, Rabu (17/8/2016) WIB. (AFP/Goh Chai Hin)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang atlet akan berlatih sangat keras bahkan bisa sampai lebih dari setengah umurnya menghabiskan waktu dalam dunia olahraga.

Hal itu dilakukan agar bisa berprestasi dan berpartisipasi dalam pesta olahraga paling akbar di dunia yaitu Olimpiade.

Yang mereka incar adalah medali, terutama emas. Nama mereka akan terus tercatat dalam sejarah apabila berhasil meraih posisi itu, demikian dikutip dari laman Mentalfloss.com, Kamis (23/4/2020).

Di Amerika Serikat, pemenang medali tidak berbeda dari penerima hadiah lotre atau seseorang yang meraih jackpot di Vegas.

Hadiah dianggap penghasilan, dan penghasilan akan dikenakan pajak, termasuk kepemilihan medali.

Pemerintah federal biasa mengambil potongan uang tunai, sampai Presiden Barack Obama menghapuskan apa yang disebut "pajak kemenangan" pada 2016.

Komite olimpiade Amerika Serikat atau USOC mengatakan bahwa hadiah peraih medali emas dengan $37.500, $22.500 untuk perak dan $15.000 untuk perunggu.

Itu adalah jumlah yang akan ditetapkan untuk ditinjau sebagai pendapatan, dengan tarif tergantung pada jumlah total pendapatan atlet.

Di Pennsylvania, misalnya telah memperkenalkan undang-undang pajak tidak termasuk atlet Olimpiade dan Paralimpik.

Sampai saat itu, siapa pun dari PA yang membawa pulang emas harus menyisihkan sekitar $ 1.100 untuk negara.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Olimpiade Tokyo Dibatalkan

Seorang pria mengenakan masker pelindung berjalan di terowongan sebuah stasiun metro di Tokyo, Jepang, 11 Maret 2020. Pandemi virus corona COVID-19 membuat Jepang dilema untuk tetap menggelar Olimpiade 2020. (Photo by Philip FONG/AFP)

Olimpiade Musim Panas 2020 di Tokyo secara resmi telah ditunda karena pandemi Corona COVID-19.

Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Perdana Menteri Shinzo Abe dari Jepang sepakat untuk menundanya hingga tahun 2021.

Setelah Kanada, Australia, dan negara-negara lain mengumumkan mereka tidak akan mengirim atlet ke Olimpiade Musim Panas Juli ini.

Olimpiade Musim Panas adalah acara olahraga terbesar di dunia, biasanya menyatukan lebih dari 10.000 atlet dari berbagai negara setiap empat tahun, The New York Times melaporkan.

Sangat jarang Olimpiade Musim Panas atau Musim Dingin ditunda atau dibatalkan. Sejak 1896, ketika Olimpiade modern dimulai, ini baru terjadi enam kali dan biasanya disebabkan oleh perang dan bukan karena virus, apalagi Corona COVID-19.

Olimpiade dibatalkan selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pertandingan Musim Panas 1940, yang dijadwalkan berlangsung di Tokyo, ditunda karena perang dan dipindahkan ke Helsinki, Finlandia, di mana semuanya kemudian dibatalkan sama sekali.

Pandemi Corona COVID-19 saat ini menandai pertama kalinya kompetisi ditunda sementara untuk alasan lain selain perang.

Berikut daftar lengka Olimpiade yang sempat ditunda dan dibatalkan:

- Olimpiade Musim Panas 1916 (Berlin, Jerman)

- Olimpiade Musim Panas 1940 (Tokyo, Jepang dan Helsinki, Finlandia)

- Olimpiade Musim Dingin 1940 (Garmisch-Partenkirchen, Jerman)

- Olimpiade Musim Panas 1944 (London, Inggris Raya)

- Olimpiade Musim Dingin 1944 (Cortina d'Ampezzo, Italia)

- Olimpiade Musim Panas 2020 (Tokyo, Jepang)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya