Pelemahan Rupiah Tak Berdampak Bagi Pengusaha Makanan dan Minimuman

pelemahan Rupiah terjadi saat ini tak memberatkan pelaku industri makanan dan minuman

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Mar 2020, 20:24 WIB
Ini Kandungan Berbahaya dalam Minuman Kemasan

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gappmi), Adhi Lukman memastikan pelemahan Rupiah terjadi saat ini tak memberatkan pelaku industri. Sebab, sebagaian bahan baku pengolahan yang diimpor harga pembeliannya masih jauh lebih rendah.

Dia mencontohkan seperti halnya komoditas gula. Harga rata-rata pembelian masih di bawah Rp10.000 per kilogram. Sementara harga jual eceran ditetapkan pemerintah berkisaran Rp12.500. Sehingga masih ada keuntungan didapat pihaknya.

"Iya tidak (memberatkan). Memang harga di luar negeri itu murah, kalau modalnya luar negeri saya katakan di bawah Rp10 ribu," kata dia di Jakarta, Kamis (19/3).

Seperti diketahui, Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) tercatat melemah di perdagangan hari ini, Kamis (19/3). Sore ini, Rupiah ditutup di level Rp15.912 per USD atau nyaris menyentuh level Rp16.000 per USD.

Mengutip data Bloomberg, tadi pagi Rupiah dibuka di level Rp15.288 per USD atau melemah tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp15.222 per USD.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Suku Bunga Acuan BI Turun

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, penyebaran wabah virus corona atau covid-19 yang semakin mengkhawatirkan dan menyebabkan kepanikan pasar membuat Bank Indonesia (BI) hari ini memutuskan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen

"Apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia sudah mengikuti anjuran bank sentral global, namun BI tidak bisa menjaga stabilitas mata uang Rupiah akibat pasar yang panik karena dinamika dinamika penyebaran virus corona sangat cepat," ujar Ibrahim.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya