BMKG Juanda: Surabaya Berpotensi Hujan Disertai Petir pada Malam Hari

BMKG Juanda memprediksi, Surabaya akan alami hujan lokal pada pukul 13.00 dan 16.00 WIB.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Mar 2020, 12:24 WIB
Ilustrasi Hujan (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda memprediksi Surabaya, Jawa Timur alami hujan disertai petir pada malam hari, Kamis (19/3/2020).

Mengutip laman BMKG Juanda, Surabaya akan alami hujan lokal pada pukul 13.00 dan 16.00 WIB. Sedangkan pukul 19.00 WIB terjadi hujan disertai petir. Sedangkan pukul 22.00 WIB akan terjadi hujan lokal.

Suhu di Surabaya akan berada di kisaran 24-33 derajat celsius dengan kecepatan angin dari barat 20 KM per jam. Kelembaban 60-90 persen.

Pada siang ini, cuaca di Surabaya akan alami hujan lokal dengan suhu 33 derajat celsius. Kelembaban 60 persen dan kecepatan angin 20 KM per jam.

BMKG Juanda juga merilis peringatan dini tiga harian dengan mewaspadai hujan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang sesaat pada siang hari di Kabupaten Madiun, Ponorogo, Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Malang, Kota Malang, Batu, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Jember, Bondowoso, Situbondo dan Pamekasan. Sedangkan malam hari di Surabaya, Sidoarjo, Kabupaten Madiun, Ngawi dan Pacitan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

2 dari 2 halaman

BMKG: Puncak Musim Hujan hingga Maret

ilustrasi hujan. (Pixabay)

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca ekstrem di Indonesia akan berlangsung hingga Maret 2020.

"Kalau menurut prediksi BMKG untuk wilayah Indonesia terjadinya cuaca ekstrem tidak serempak, silih berganti. Rata-rata puncak musim hujan Februari-Maret, khusus DIY dan Jateng berlangsung pada Januari-Februari," kata Kepala BMKG Dwikora Karnawati di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa 11 Februari 2020.

Selanjutnya, ujar dia, di kisaran April-Mei sudah memasuki musim kemarau, transisinya adalah pancaroba.

"Untuk ancaman bencananya beda lagi, bukan longsor atau banjir tetapi angin puting beliung. Imbauan kami agar ini bisa diwaspadai oleh seluruh pihak," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Semarang Tuban Wiyoso mengatakan lebih awalnya cuaca ekstrem yang menjangkau Jawa Tengah dibandingkan wilayah lain karena cuaca di Jawa lebih didominasi oleh pengaruh angin monsun.

"Ini terjadi pada kurun waktu Desember-Februari, puncaknya Januari-Februari. Angin monsun sendiri merupakan angin yang bertiup dari Asia ke wilayah Indonesia. Seperti angin darat, yaitu angin laut tetapi skala musiman, ini dipengaruhi oleh posisi matahari," kata dia seperti dikutip dari Antara.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya