BI Catat Inflasi Awal Februari Sebesar 0,23 persen

Beberapa indikator penyumbang inflasi masih terjaga.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Feb 2020, 18:47 WIB
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia mencatat inflasi di pekan pertama bulan Februari sebesar 0,23 persen month to month atau secara year to year 2,94 persen. Angka ini meningkat jika dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,68 persen.

"Meningkat jika dibandingkan dengan angka (inflasi) Januari 2,68 persen," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo di Komplek Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat (7/1).

Beberapa indikator penyumbang inflasi masih terjaga. Terutama di sektor bahan pangan. Komoditas yang masih menyumbang inflasi diantaranya cabai, bawang, dan beberapa indikator terkait rokok dan minyak goreng.

"Kami masih cukup yakin inflasi masih kita jaga range kita yang ada 3 persen plus minus satu persen," sambung Dodi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi 2019 sebesar 5,02 persen. Melihat ini Dodi menyebut terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan dengan tahun 2018 sebesar 5,17 persen.

"Artinya ada beberapa faktor yang memengaruhi perlambatan," kata Dodi.

Meski begitu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi masih disokong oleh barang konsumsi rumah tangga. Pertumbuhannya relatif berkisar diangka 5,05 persen. Sedangkan tahun lalu pada 2018 diangka 5,05 persen.

Artinya, salah satu faktor utama ekonomi Indonesia tetap tumbuh yaitu daya beli masyarakat yang masih terjaga. Satu sisi ada keyakinan konsumen ini menjaga konsumsi.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Investasi Bangunan

Pengunjung memadati stan Indonesia Property Expo (IPEX) 2018 di Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta, Sabtu (3/3). PEX 2018 merupakan pameran yang digelar dalam rangka menyambut HUT ke-68 Bank BTN pada 9 Februari mendatang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu investasi bangunan mengalami penurunan. Tahun ini tumbuhnya memang relatif tidak begitu berbeda. Saat ini pertumbuhan di tahun 2019 sebesar 9,1 persen. Sedangkan di tahun 2018 angkanya mencapai 10,6 persen.

"Karena ini sangat terkait dengan proyek strategis pemerintah," kata Dodi.

"Jadi, domestik demand menjadi faktor pertumbuhan ekonomi di 2019 yang lalu," sambungnya.

Untuk itu Bank Indonesia dan pemerintah terus berkoordinasi dan bersinergi mendorong sektor riil. Dengan begitu investasi akan tumbuh. Diperkirakan prospek global pada semester kedua akan lebih baik dan mendorong ekspor Indonesia.

"Dengan demikian tentunya kita masih cukup optimis untuk ekonomi 2020 di kisaran 5,1-5,5 persen," kata Dodi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya