Fintech di Jepang Tak Berkembang, Ini Penyebabnya

Orang Indonesia suka memesan via ojek online, sementara orang Jepang masih suka belanja sendiri.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Sep 2019, 19:45 WIB
Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan industri financial technology (fintech) di Jepang ternyata kalah dari Indonesia karena masyarakat di Negara Sakura masih lebih suka pemakaian uang tunai. Itu berbeda dari Indonesia yang masyarakat justru makin hobi transaksi non-tunai.

"(Fintech) masih lebih maju di sini. Di Jepang itu masih menghargai yang namanya uang, karena generasi tuanya masih banyak. Uang itu masih digunakan di manapun," ujar Direktur Keuangan PT BNI (Persero) Tbk Ario Bimo pada Rabu (18/9/2019) di Jakarta.

Sebelum diangkat menjadi direktur keuangan BNI, Bimo sempat menjabat sebagai General Manager BNI Cabang Tokyo. Ia menjelaskan bahwa masyarakat Jepang merawat uang dengan baik sehingga tetap rapih dan bersih.

Perkembangan fintech di Jepang pun sudah dimulai oleh generasi muda meski penggunannya tak masif seperti di Indonesia dan China. Harapan hidup di Jepang pun tinggi, yakni 93 tahun, dan masyarakat berusia senior di Jepang masih aktif di perekonomian.

Selain itu, ada pula unsur kebutuhan dan budaya. Bimo mencontohkan orang Indonesia suka memesan via ojek online, sementara orang Jepang masih suka belanja sendiri.

"Di Jepang masih ada budaya jalan. Mana ada Gojek? Saya juga kalau beli makanan jalan juga. Orang Jepang belum segitunya perlu dengan fintech," jelas Bimo.

Sebagai direktur keuangan BNI, Bimo menyebut fintech sebagai satu fokusnya. Ia pun mengandalkan para anak-anak milenial di BNI untuk membuat terobosan dan inovasi dalam ranah ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya