Faktor Sesepuh Bikin Bangun Pabrik di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Vietnam

Contoh ekonomi Indonesia tidak efisien karena setiap desa ada struktur, sesepuh yang harus dihormati.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Agu 2019, 14:45 WIB
Menkeu Sri Mulyani memberi sambutan saat seremonial pembangunan Kantor Pusat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Jakarta, Selasa (2/4). Gedung Indonesia Financial Center diperuntukkan bagi OJK dan Kementerian Keuangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menyebut bahwa biaya pembangunan pabrik di Indonesia saat ini cukup tinggi. Bahkan bila dibandingkan negara ASEAN lain, Indonesia terbilang mahal.

Menteri Sri Mulyani mengatakan, tingginya biaya tersebut dikarenakan operasional yang dilakukan tidak langsung pada tahap produksi. Namun harus melewati beberapa tahap untuk bisa mendirikan bangunan tersebut.

"Contoh ekonomi Indonesia itu tidak efisien karena setiap desa ada struktur, sesepuh yang harus dihormati sehingga setiap orang yang membuat perusahaan harus keluarkan biaya-biaya yang tidak langsung berhubungan dengan produksinya. Itu struktur sosial yang tidak bisa diatasi oleh kami," kata Sri Mulyani saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (28/8/2019).

Sebagai contoh, biaya pembangunan pabrik di Vietnam jauh lebih rendah apabila dibandingkan di Indonesia. Menurutnya ketidak efisienan tersebut membuat selisih biaya kedua negara ini jauh berkali-kali lipat.

"Kenapa buat pabrik di Indonesia butuh 500 di Vietnam 100. 400 buat apa? banyak bu, buat ngurusin masyarakat. Ini tidak benar," katanya. 

Oleh karena itu, dia mendesak agar seluruh jajaran di bawah kementerian dapat memikirkan hal ini secara bersama-sama," Ini area yang saya ingin anda semua untuk sangat berpikir keras, berpikir kreatif, dan berpikir dengan banyak fokus," jelas Sri Mulyani.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Kopi Indonesia Mulai Kalah Saing dari Vietnam

Ilustrasi Foto Biji Kopi (iStockphoto)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, kondisi industri perkebunan di Indonesia saat ini mulai ketinggalan dari negara lain.

Padahal, dulu Indonesia sempat dikenal dengan hasil perkebunan yang melimpah ruah. Namun kini rupanya Indonesia mulai disalip oleh negara lain.

Menko Darmin mencontohkan komoditas kopi Indonesia yang dulu pernah berjaya. Namun, kini keberadaannya tenggelam oleh ketenaran kopi asal Vietnam. 

"Tadinya kita pernah berjaya soal kopi. Kopi Amerika Latin itu, Indonesia dulu, baru Amerika Latin. Sekarang dia jauh lebih dominan. Bahkan Vietnam yang baru muncul 20 tahun terakhir itu mengalahkan kita," kata dia, di Hotel JS Luwansa, Jakarta, pada Kamis 1 Agustus 2019. 

Menko Darmin mengatakan negara-negara lain dapat melangkah lebih maju sebab memiliki hasil-hasil riset yang diaplikasikan.

Selain kopi, kini lada Indonesia juga mulai kalah oleh lada Vietnam. Bahkan hal itu mulai dikeluhkan sebab produktivitas lada Vietnam dianggap lebih bagus dan pedas.

"Bahkan Gubernur bangka Belitung sekarang suka mengeluh, katanya ladanya Vietnam itu bukan hanya produktivitasnya lebih bagus, pedasnya pun," ujar Darmin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya