Eks Anak Magang NASA Lelang Video Apollo 11 di Bulan Rp 25 Miliar

Tiga video berhasil dijual di rumah lelang Sotheby's, bertepatan dengan 50 tahun keberhasilan Apollo 11 mendarat di Bulan.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 23 Jul 2019, 14:00 WIB
Misi Apollo 11 di permukaa Bulan (NASA)

Liputan6.com, Jakarta - Eks anak magang NASA Gary George menjual tiga video pendaratan roket Apollo 11 di Bulan dengan harga USD 1,82 juta (setara Rp 25,3 miliar).

Tiga video ini berhasil dijual di rumah lelang Sotheby's pada Sabtu, 20 Juli 2019, bertepatan dengan 50 tahun keberhasilan Apollo 11 mendarat di Bulan.

Mengutip Gizmodo, Selasa (23/7/2017), Sotheby's mengklaim video tersebut belum ditingkatkan, dipulihkan, atau pun diubah.

CNN melaporkan, menurut rumah lelang Sotheby's, video tersebut merupakan "Gambar yang paling awal, paling tajam, dan paling aktual mengenai langkah pertama manusia di Bulan yang masih ada sampai saat ini."

Video dalam format 1.150 gulungan pita magnetik tentang pendaratan Apollo 11 itu didapatkan George pada tahun 1976. Untuk memilikinya, ia harus membayar sebesar USD 217,7 atau setara Rp 3 jutaan.

George membelinya di lelang pemerintah, saat itu, dirinya masih berstatus mahasiswa Lamar University yang magang di Johnson Space Center NASA di Houston.

George sebenarnya tidak menyadari lot video pendaratan di Bulan itu merupakan rekaman berharga. Ia baru sadar, rekaman itu berharga pada 2008 lalu.

George menjual dan mendonasikan sejumlah video, namun dia menyimpan tiga video ini setelah sang ayah melihat label 'APOLLO 11 EVA, July 20, 1996, Reel 1 (-3)' dan 'VR2000 525 Hi Band 15 ips.'

2 dari 3 halaman

Aktivitas Pertama Neil Amstrong dan Buzz Aldrin di Bulan

Nvidia Reka Ulang Pendaratan Apollo 11 di Bulan dengan Teknologi RTX - Kredit: Nvidia

Sotheby juga menyebut, George tidak sadar bahwa video tersebut berharga, hingga pada 2008, NASA mencari video original tersebut untuk ulang tahun Apollo 11 yang ke-40.

Kaset itu berisi video dengan durasi 2 jam 24 menit. Video itu menunjukkan keseluruhan perjalanan Apollo 11 ke Bulan, termasuk gambar staf Mission Control hingga panggilan pertama dari Bumi ke Bulan oleh presiden AS Richard Nixon.

"Karena kamera harus dikerahkan sebelum Neil Amstrong dan Buzz Aldrin keluar dari Modul Lunar, jadi video menangkap pertama kalinya mereka tiba di Bulan. Kamera disimpan di tempat yang tahan goncangan dan rerisolasi," kata Sotheby's.

Sotheby's juga menyebut, kamera berada di posisinya unutk menangkap turunnya Amstrong dan Aldrin dari tangga ke permukaan Bulan.

Kedua astronot ini kemudian mengeluarkan kamera dan memasangnya pada tripod untuk menangkap pandangan yang lebih luas dari Lunar Modul dan aktivitas serta eksperimen mereka.

Sayangnya, identitas dari pembeli video pendaratan Apollo 11 di Bulan ini tidak diumumkan oleh Sotheby's.

3 dari 3 halaman

NASA Kehilangan Video Pendaratan Pertama di Bulan?

Orang-orang menyaksikan proyeksi roket NASA, Saturn V, di Monumen Washington menandai peringatan 50 tahun misi Apollo 11 ke bulan di National Mall, Washington, Selasa (16/7/2019). Pada 16 Juli 1969, NASA mencatatkan sejarah dengan melakukan peluncuran Apollo 11. (Mark Wilson/Getty Images/AFP)

Sekadar informasi, NASA kehilangan 14 kaset berisi rekaman televisi pindaian dari SSTV (slow scan television) yang diterima langsung dari pendaratan di Bulan tahun 1966.

Namun, NASA berhasil memulihkan rekaman berkualitas tinggi untuk dikonversi ke format NTSC (national television system committee) untuk disiarkan.

NASA menyebut, kaset milik George merupakan kaset video 2 inci yang direkam di Houston dari video yang telah dikonversi ke format yang dapat disiarkan ke televisi komersial. Menurut NASA, kaset milik George itu "tidak mengandung bahan yang belum disimpan di NASA."

Namun, pihak Sotheby's mengklaim, rekaman milik George itu lebih tajam dan berbeda ketimbang versi lain karena tidak pernah terdegradasi.

Menurut the New York Post, jejak original SSTV tidak pernah ditemukan. NASA menyebut, rekaman siarannya mengalami kerusakan dan tidak dapat diperbaiki karena kelembaban yang tinggi. 

Pasalnya, pada masa Presiden Carter dulu, di tengah kekurangan energi, fasilitas federal dipaksa untuk mematikan pendingin udara.

(Tin/Isk)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya