Perilaku Hewan Berubah... Ini 3 Kejadian Aneh yang Kerap Dikaitkan Gerhana Bulan

Gerhana Bulan dapat disaksikan di sejumlah belahan dunia, seperti Amerika, Eropa, Afrika, Australia, dan Asia, termasuk Indonesia.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 17 Jul 2019, 20:10 WIB
Bulan tampak berwarna merah darah saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di atas langit Tel Aviv, Israel,, Jumat (27/7). Gerhana bulan terlama pada abad ini dapat disaksikan di seluruh dunia dengan mata telanjang. (AP/Ariel Schalit)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 17 Juli 2019 dengan waktu berbeda, masyarakat dunia disajikan dengan penampakan fenomena alam Gerhana Bulan.

Gerhana Bulan dapat disaksikan di sejumlah belahan dunia, seperti Amerika, Eropa, Afrika, Australia, dan Asia, termasuk Indonesia.

Bicara soal Gerhana Bulan, maka erat juga kaitannya dengan mitos. Mulai dari kehadiran manusia jelmaan kelelawar (Vampire) hingga pertanda kiamat.

Tak hanya mitos, hal-hal aneh juga terjadi apabila Gerhana Bulan datang. Mulai dari berubahnya perilaku sejumlah hewan hingga munculnya teori konspirasi.

Seperti dikutip dari laman sciencing.com, Rabu (17/7/2019) berikut 3 kejadian aneh terkait Gerhana Bulan:

 

2 dari 4 halaman

1. Mengubah Perilaku Hewan

Ilustrasi gerhana bulan (NASA)

Siklus Bulan mengubah kualitas cahaya di malam hari, dan gerhana untuk sementara waktu membuat seluruh siklus alam berubah.

Jadi tidak mengherankan bahwa gerhana dapat mempengaruhi spesies nokturnal. Lemur, misalnya. Hewan ini akan menghentikan aktivitas mereka sepenuhnya (mungkin mata besar mereka terlalu besar sehingga tidak kuat dengan cahaya malam).

Sementara kelelawar meningkatkan aktivitas mereka sebelum dan sesudah gerhana untuk mendapatkan perburuan mereka.

Nyamuk juga menurunkan perburuan mereka selama gerhana, sebab pada saat itu kondisi malam yang relatif bebas hama.

 

3 dari 4 halaman

2. Gerhana Bulan Dianggap Mengubah Sejarah?

Fenomena gerhana bulan sebagian (parsial) terlihat di langit Jakarta pada Rabu (17/7/2019) dini hari. Gerhana bulan terakhir dalam tahun 2019 ini merupakan fenomena jenis gerhana bulan parsial, karena masih ada yang tampak sebagian. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Gerhana Bulan dikatakan pernah memainkan peran penting dalam mengubah sejarah. Gerhana Bulan dilaporkan pernah membantu Christopher Columbus.

Kisah ini dimulai pada 1504, ketika Columbus dan anak buahnya terjebak di pulau yang sekarang kini disebut Jamaika.

Meskipun masyarakat adat Arawak telah memberi makan kru selama enam bulan, Columbus takut kelaparan.

Dia mengatakan kepada Suku Arawak bahwa dewa telah marah karena mereka tidak memberi makan kru dengan benar, dan akan membuat bulan "penuh dengan amarah" dalam beberapa hari mendatang.

Benar saja, Super Blood Moon tiba setelah itu, dan penduduk asli setuju untuk memberi Columbus makanan yang ia butuhkan.

 

4 dari 4 halaman

3. Teori Konspirasi Gerhana Bulan

Fenomena gerhana bulan sebagian (parsial) terlihat di atas alun-alun Basantapur Durbar di Kathmandu, Nepal pada Rabu (17/7/2019) dini hari. Gerhana bulan parsial ini bisa diamati dari Amerika Selatan, Eropa, Afrika, Asia dan Australia. (PRAKASH MATHEMA/AFP)

Sejumlah teori konspirasi pernah dikait-kaitkan dengan Gerhana Bulan. Misalnya, adanya isu fenomena alam ini bisa memprediksi gempa bumi.

Meskipun benar bahwa gaya gravitasi bulan mempengaruhi pasang surut, namun untuk aktivitas gempa tidak. Lagipula, gerhana tidak mengubah tarikan gravitasi bulan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya