Adian Napitupulu Dinilai Memiliki Sosok Kepemimpinan yang Matang

Dia menilai Adian cukup konsisten dan mampu memotivasi kawan-kawannya untuk tetap bergerak.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 07 Jul 2019, 01:25 WIB
Aktivis 98 Adian Napitupulu (tengah) berbicara dalam diskusi sekaligus syukuran kemenangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin versi quick count di Jakarta, Minggu (21/4). Diskusi bertajuk 'Setelah Menang Mau Apa?'. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Guru besar Universitas Trisakti, Dadan Umar Daihani menilai, politisi PDIP Adian Napitupulu sangat kredibel mewakili para aktivis 98 masuk dalam jajaran kabinet pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin periode 2019-2024.

"Intinya, Adian Napitupulu memiliki sosok kepemimpinan yang bagus. Belasan tahun menjadi aktivis membentuk dirinya untuk secara cepat dan berani mengeksekusi keputusan dan lima tahun menjadi anggota DPR mematangkannya secara politik, ujar Dadan saat dihubungi, Sabtu (6/7/2019).

Dia menilai Adian cukup konsisten dan mampu memotivasi kawan-kawannya untuk tetap bergerak. Dirinya juga berpandangan, pentolan Forkot 98 itu juga memiliki kelebihan mampu menyederhanakan narasi politik, sehingga berbagai gejala-gejala politik bisa disederhakan dalam bahasa yang mudah dimengerti banyak orang.

"Kelebihannya, mampu menerjemahkan kerumitan menjadi sebuah narasi sederhana. Misalnya, konsisten menolak puluhan kali kunjungan kerja ke luar negeri yang selama lima tahun ini tidak satupun diambilnya, mungkin Adian satu satunya dari 560 anggota DPR yang tetap konsisten tidak mengambil kesempatan itu," jelas Dadan.

Menurut dia, Adian Napitupulu mewakili pemikiran banyak rakyat Indonesia, yang melihat bahwa sebenarnya kunker itu intinya bagaimana memanfaatkan uang rakyat dengan baik.

 

2 dari 2 halaman

Tolak Tawaran Beasiswa

Aktivis 98 Adian Napitupulu memotong tumpeng saat menggelar diskusi sekaligus syukuran kemenangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi dan Ma'ruf Amin versi quick count di Jakarta, Minggu (21/4). Diskusi bertajuk 'Setelah Menang Mau Apa?'. (Liputan6.com/JohanTallo)

"Dengan memilih urgensi dan prioritas yang bisa di pertanggungjawabkan pada rakyat," ungkap Dadan

Hal yang sama pernah Adian lakukan ketika ia menolak tawaran beasiswa sampai S3 dari salah satu guru besar North Western university pada tahun 2000. Alasan Adian saat itu sangat sederhana yaitu tidak mau meninggalkan kawan kawannya yang masih berjuang di jalanan.

"Sedikit orang di dunia ini yang berani menolak kesempatan untuk dirinya," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya