Soal Klaim Asteroid Oumuamua Jadi Kendaraan Alien, Ini Kata Astronom

Astronom menganalisis klaim soal asteroid Oumuamua adalah kendaraan alien, hasilnya...

oleh Afra Augesti diperbarui 05 Jul 2019, 18:00 WIB
Kesan seorang seniman yang dirilis oleh European Space Agency menunjukkan objek antar bintang pertama yang ditemukan di Tata Surya, 'Oumuamua. (Sumber: AFP)

Liputan6.com, California - Objek antarbintang Oumuamua --bongkahan batu berbentuk cerutu, yang diduga berasal dari suatu tempat yang sangat jauh di luar Tata Surya-- dipastikan bukanlah pesawat ruang angkasa alien.

Sebuah tim internasional ilmuwan yang meneliti komet tersebut telah menyimpulkan bahwa anggapan itu dilontarkan sesuai dengan asal usul alam dan hukum ilmu pengetahuan yang semestinya, demikian seperti dikutip dari Science Alert, Jumat (5/7/2019).

Kelompok peneliti gabungan tersebut menganalisis klaim yang sebelumnya menyatakan --pada tahun lalu, dari astrofisika Harvard University, Avi Loeb-- bahwa Oumuamua adalah kendaraan yang dipakai oleh makhluk ekstraterestrial untuk berkelana di alam semesta.

Namun di satu sisi, studi baru yang diterbitkan di Nature Astronomy dimaksudkan untuk memperluas metafora dari pandangan Loeb. Walupun para ilmuwan ini masih belum bisa menyibak sisi misterius dari Oumuamua.

"Kami belum pernah melihat yang seperti Oumuamua di tata surya kita. Ini benar-benar masih menjadi misteri," kata astronom Matthew Knight dari University of Maryland.

"Tapi preferensi kami adalah tetap menggunakan analog yang kita tahu, sampai kita menemukan sesuatu yang unik. Hipotesis pesawat ruang angkasa alien adalah gagasan yang menyenangkan, tetapi analisis kami menunjukkan ada sejumlah fenomena alam yang bisa menjelaskannya," lanjut Knight.

2 dari 3 halaman

Tentang Oumuamua

Ilustrasi Oumuamua, asteroid yang berasal dari 'dunia lain'. (Foto: ESO/M. KORNMESSER)

Oumuamua ditemukan oleh Robert Weryk menggunakan teleskop Pan-STARRS di Haleakala Observatory, Hawaii, pada 19 Oktober 2017, 40 hari setelah planetoid ini melewati titik terdekatnya dengan matahari.

Ketika pertama kali diamati, Oumuamua berjarak sekitar 33.000.000 km dari Bumi dan sudah menjauh dari matahari untuk kemudian melakukan perjalanan kembali dari tata surya.

Bagi sebagian besar pengamat profesional, itu adalah hal yang sangat aneh, bahkan terlepas dari kenyataan bahwa batu itu telah melakukan perjalanan selama ratusan jutaan tahun di luasnya ruang.

Satu-satunya hal yang membuatnya punya kesamaan dengan benda-benda lain di tata surya adalah warna kemerahan di badan Oumuamua, yang menunjukkan komposisi padat dan kaya akan logam yang terbakar oleh radiasi kosmik.

Oumuamua punya panjang mencapai 400 meter (0,25 mil). Pergerakannya pun unik, seperti berputar saat berjalan. Benda itu pun tampaknya tidak mengandung es dan tidak mengeluarkan gas, seperti komet pada umumnya.

Lintasannya tidak dapat ditandai oleh gravitasi saja, seperti yang dilakukan asteroid. Namun terlepas dari semua keanehan ini, tidak ada anggapan bahwa Oumuamua adalah pesawat ruang angkasa alien, menurut para peneliti.

"Objek itu aneh dan memang sulit untuk dijelaskan, tetapi itu tidak mengecualikan fenomena alam lain yang bisa menjabarkannya," papar Knight.

3 dari 3 halaman

Meneliti Lebih Lanjut

Komet yang melintas di atmosfer Bumi. (Sumber Pixabay)

Oumuamua kemungkinan dibentuk sebagai sebuah planetesimal atau fragmen planetesimal (sebuah planet yang masih dalam proses pembentukan dalam sistem bintang jauh), yang lalu terlontar ke ruang angkasa.

Analisis ini cukup umum, menurut pemahaman para ahli tentang pembentukan planet, yaitu interaksi gravitasi dengan bintang-bintang dan planet-planet lain dapat menendang planetesimal ke ruang antarbintang.

Selain itu, ada kemungkinan bahwa potongan-potongan planetesimal antarbintang tersebut melayang melalui tata surya sepanjang waktu.

"Kita mungkin mulai melihat objek baru setiap tahun," ucap Knight. "Saat itulah, kita akan mulai tahu apakah Oumuamua aneh atau umum. Jika kita menemukan 10-20 dari hal-hal ini dan Oumuamua masih terlihat tidak biasa, kita harus memeriksa kembali penjelasan kita."

Makalah tersebut sekarang sudah diterbitkan di Nature Astronomy.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya