SDM Kurang Cakap Bikin Investasi di RI Kalah Dibanding Negara Sebelah

Soft skill yang sebenarnya juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas desa justru kurang diperhatikan.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Jun 2019, 19:48 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (14/3). Bank Indonesia (BI) optimistis ekonomi Indonesia akan lebih baik di tahun 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kembali melanjutkan rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Rapat kali ini membahas mengenai Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020.

Dalam rapat kali ini, Salah satu anggota Badan Anggaran DPR RI, Yanuar Prihatin, menyinggung masalah investasi di Indonesia yang kalah dibandingkan negara tetangga. Menurutnya, salah satu penyebabnya yakni karena kualitas aparatur desa tidak mampumi sehingga dana desa tidak terserap secara optimal.

"Kalau mau narik lebih jauh kenapa potensi investasi di negara-negara sebelah tidak bisa kita manfaatkan bukan karena para pengusaha kita, tapi karena soft skill untuk tumbuh di sana enggak punya. Kemampuan kita merebut akses, merebut peluang juga sebagian karena soft skill-nya enggak ada," katanya dalam rapat di Ruang Banggar, DPR RI, Jakarta, Kamis (27/6/2019).

Anggota Fraksi PKB ini menilai selama ini aparatur desa hanya dibekali oleh hard skill yaitu ketrampilan teknikal, dan administratif. Sementara soft skill yang sebenarnya juga dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas desa justru kurang diperhatikan.

Oleh karenanya dia berpendapat bahwa pecuma apabila dana desa yang disalurkan bernilai besar jika perangkat desanya tidak bisa memanfaatkan secara optimal.

"Dana dibesarkan tetapi kita abai dengan kualitas manusianya karena dana sebesar apapun akan berakhir selesai tanpa di-backup oleh manusia. Tapi kalau manusianya oke, dikasih duit 1 perak, tahun depan sudah bertumbuh Rp 1 juta-Rp 2 juta," pungkasnya.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Menko Darmin Pede Target Investasi RI Tercapai pada 2020

Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengaku, tidak khawatir dengan target investasi yang dipatok pemerintah sebesar 7-7,5 persen pada 2020.

Sebab, dengan berbagai kebijakan insentif yang diberikan pemerintah, bukan tidak mungkin target investasi tersebut bisa tercapai.

"Ekonomi kita itu masuk di antara 5 ekonomi dunia paling banyak menyerap investasi jangan terlalu risau," kata dia saat ditemui di Gedung DPRI Jakarta, Selasa (25/6/2019). 

Darmin mengatakan, pemerintah saat ini sudah menggulirkan kebijakan insentif seperti tax holiday. Kebijakan tersebut dilakukan untuk menarik investor masuk di bidang industri hulu seperti baja dan petrokimia.

"Jadi kita sudah bikin kebijakannya bahwa realaisasi lumayan banyak tax holdiay itu yang sudah mendapat sekarang ada 25 investasi," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong optimistis pertumbuhan investasi asing dan domestik bakal moncer dan menyentuh dua digit pada 2019. Hal tersebut didorong oleh relokasi bisnis akibat perang dagang.

"Prediksi saya untuk full year 2019 PMA dan PMDN kembali ke double digit. Termasuk juga PMA. Saya cukup percaya diri jadi itu satu aspek positif ekonomi sementara ini," kata Thomas di Jakarta, Selasa, 18 Juni 2019.

Oleh karena itu, Indonesia perlu menjaga kinerja perekonomiannya agar dapat menarik investasi masuk. Dia menyebut sejumlah aspek harus diperhatikan dari perekonomian domestik, seperti konsumsi dan ekspor.

"Kita yang tentu harus kita jaga habis-habisan seperti kita lihat kemarin konsumsi masih agak lemah. Sementara ekspor masih agak sulit. Meskipun di situ saya juga lihat potensi dari perang dagang. Ekspor kita bisa kembali meningkat karena relokasi produksi dan relokasi order ke Indonesia. Prospeknya cukup baik," imbuhnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya