Pasca-Teror Bom, Sri Lanka Resmi Larang Perempuan Mengenakan Burka

Setelah serangan bom beruntun yang menewaskan lebih dari 250 orang, pemerintah Sri Lanka kini larang perempuan menggunakan burka.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Apr 2019, 09:11 WIB
Ilustrasi wanita mengenakan burka (AFP Photo)

Liputan6.com, Kolombo - Pemerintah Sri Lanka telah mengesahkan undang-undang darurat untuk menyikapi teror bom beruntun pada Minggu Paskah lalu. Salah satu isi kebijakan tersebut adalah larangan bagi perempuan dalam mengenakan burka, atau kerudung yang menutup sebagian besar kepala dan wajah.

Dikutip dari Independent.co.uk pada Senin (29/4/2019), kantor Presiden Maithripala Sirisena mengatakan pakaian atau barang apa pun yang menghalangi identifikasi wajah seseorang resmi dilarang.

Langkah ini mengikuti diskusi parlemen Sri Lanka baru-baru ini tentang burka. Pemerintah setempat sempat mengatakan akan menunda keputusan sampai pembicaraan dengan ulama Islam dapat diadakan, demikian saran Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe.

Namun kini, burka telah resmi dilarang selama berlakunya undang-undang darurat di Sri Lanka.

Sepekan setelah serangan bom beruntun yang menewaskan lebih dari 250 orang, gereja-gereja Katolik di negara itu tetap ditutup atas alasan keamanan.

Namun, Sirisena dan Wickremesinghe dikabarkan menghadiri misa yang disiarkan televisi di kediaman Kardinal Malcolm Ranjith, uskup agung Kolombo.

"Ini adalah waktu hati kita diuji oleh kehancuran besar yang terjadi hari Minggu lalu," kata Ranjith kepada mereka yang menonton di seluruh negeri.

 

2 dari 3 halaman

Baku Tembak Jumat Malam

Ilustrasi Foto Penembakan (iStockphoto)

Awal pekan lalu, seorang anggota parlemen Sri Lanka mengusulkan larangan terhadap perempuan mengenakan burka.

Ashu Marasinghe, nama politikus tersebut, mengajukan mosi ke parlemen Sri Lanka yang menyatakan bahwa burka, yang menutupi seluruh tubuh dan wajah, "bukan pakaian Muslim tradisional" dan harus dilarang dengan alasan keamanan.

Di lain pihak, pada Jumat malam, konfrontasi dengan polisi memicu baku tembak dengan gerilyawan di Kalmunai. Militer Sri Lanka mengatakan, tembakan dan ledakan bunuh diri kemudian menewaskan 15 orang, termasuk enam anak.

Juru tulis ISIS mengatakan kepada tiga dari para militan yang meledakkan diri mereka di sana, teridentifikasi sebagai terduga pembom dengan nama Abu Hammad, Abu Sufyan, dan Abu al-Qa'qa.

Juru bicara kepolisian Ruwan Gunasekara membenarkan seorang perempuan dan seorang anak berusia empat tahun terluka dalam adu tembak tersebut.

Keduanya telah diidentifikasi sebagai istri dan anak perempuan Zahran.

Menurut polisi Sri Lanka, militan yang berpihak pada ISIS telah menciptakan pabrik pembuat bom di rumah. Kantong pupuk, bubuk mesiu, dan kotak berisi bantalan bola kecil ditemukan sebagai barang bukti.

Polisi juga menemukan bahan bakar yang digunakan untuk membuat api ledakan lebih mematikan.

3 dari 3 halaman

Polisi Tangkap 48 Tersangka

Otoritas keamanan Sri Lanka berjaga-jaga di area sekitar lokasi teror bom beruntun di ibu kota Kolombo (AP Photo)

Sementara itu, polisi mengatakan telah menangkap 48 tersangka selama 24 jam terakhir, menyusul pengaktifan penuh pos-pos pemeriksaan oleh pasukan keamanan Sri Lanka di seluruh negeri.

Di antara mereka yang ditahan adalah dua orang yang baru-baru ini menjadi "daftar paling dicari" oleh pihak berwenang.

Ketegangan telah meningkat tinggi di pulau itu selama sepekan terakhir, dengan kekhawatiran akan serangan lebih lanjut, serta ketakutan akan kemungkinan pembalasan terhadap Muslim Sri Lanka.

Polisi dilaporkan telah mendatangi masjid utama milik National Towheed Jamath (NTJ) di Kattankudy pada Minggu sore, sehari setelah pihak berwenang menyatakan bahwa kelompok tersebut adalah teroris.

Pihak berwenang telah melarang NTJ karena hubungannya dengan Mohammed Zahran, dalang serangan yang juga menyebabkan ratusan orang terluka.

Zahran dan yang lainnya mengenakan topeng, telah berjanji kesetiaan mereka kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, sebelum melakukan serangan.

Belakangan, seorang petugas membubarkan wartawan yang menunggu di luar, dengan mengatakan bahwa pihak berwenang sedang melakukan "operasi penjagaan dan pencarian".

Polisi kemudian pergi, mengunci masjid tepat sebelum salat subuh dimulai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya