Perang Dagang AS-China Tekan Ekspor Indonesia

Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, pertumbuhan ekspor Indonesia ke China pada 2018 hanya sebesar 17,7 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2019, 17:24 WIB
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan,  dampak dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China 'memukul' pertumbuhan komponen ekspor di Indonesia.

Apalagi kedua negara tersebut merupakan tujuan ekspor terbedar RI selama ini. "Kalau diperhatikan ekspor kita kalau di urut negara tujuan utamanya adalah pertama Tiongkok China, Kedua Amerika Serikat. Perang dagang itu ternyata memukul betul kepada kita. Kedua negara yang perang itu, kita tidak ikut perang tapi kena imbas," kata Menko Darmin saat menjadi pembicara di Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan, di Jakarta, Selasa (12/3/2019).

Darmin mengungkapkan, pertumbuhan ekspor Indonesia ke China pada 2018 hanya sebesar 17,7 persen.

Padahal pada tahun sebelumnya pertumbuhan ekpsor ke Negeri Tirai Bambu tersebut telah mencapai sebesar 45 persen. Angka ini menurun cukup siginifikan.

Kemudian pertumbuhan ekspor ke Amerika Serikat sendiri berada di posisi 3,6 persen pada 2018. Angka ini juga merosot bila dibandingkan posisi ekspor pada 2017 sebesar 10,9 persen.

"Lebih jelek lagi India. Ini urusan kelapa sawit. Minus 2,5 persen. Pada 2017 praktis sama dengan China sekitar 4 persen. Memang saya ingat kalau tidak ada di sini ke Jepang masih positif. Sebagai akibat ekspor 2018 melambatnya cukup signifikan," kata dia.

Seperti diketahui, perang dagang antara kedua negara tersebut bermula pada saat Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada awal 2018 lalu telah menetapkan tarif sekitar USD 60 miliar atau sekitar Rp 827,34 triliun atas produk China masuk ke negeri Paman Sam. Kebijakan Trump tersebut memicu perang dagang.

Sebab, tak berselang lama, keputusan tersebut langsung mendapat respons dari China. China mengumumkan daftar 106 produk asal Amerika Serikat (AS) yang dinaikkan tarif impornya. Kementerian Perdagangan China mengatakan, tarif itu dirancang untuk mengenakan tarif produk AS hingga USD 50 miliar setiap tahun.

 

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

2 dari 2 halaman

Menko Darmin Soroti Pertumbuhan Ekonomi

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Kenaikan impor dari 14,46 miliar dolar AS pada Maret 2018 menjadi 16,09 miliar dolar AS (month-to-month). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyoroti beberapa hal terkait dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Darmin menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakernas) Kementerian Perdagangan di Jakarta.

Darmin menyampaikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia salah satu pilar yang penting adalah perdagangan ekspor. Sebab, dengan pertumbuhan ekspor yang tinggi kemudian dapat diimbangi oleh impor maka secara otomatis pertumbuhan ekonomi RI dapat berjalan dengan baik.

"Perdagangan ekspor adalah salah satu pilar yang penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga bisa mempercepat pertumbuhan kalau kita bisa memperluas ekspor kita mencari market baru atau mengespor komoditi baru," kata Darmin dalam sambutannya di Jakarta, Selasa 12 Maret 2019.

Kemudian pilar lain dalam memperbaiki pertumbuhan ekonomi RI adalah dengan menggenjot investasi dan konsumsi rumah tangga. Dengan dua komponen itu, diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau Anda bayangkan identitas bersamaan dari PDB maka dia adalah terdiri dari konsusmsi rumah tangga ditambah investasi. Artinya konsumsi biasanya meneruskan perkembangan dari tahun ke tahun. Sebelumnya dia jarang mengalami lonjakan dan penurunan signifikan kecuali ada kebijakan khusus. Kemudian investasi dia bisa datang dari dalam dan luar negeri. Itu sebabnya menjadi pilar mempercepat pertumbuhan ekonomi," bebernya.

Mantan Direktur Jenderal Pajak tersebut menambahkan, untuk meningkatkan investasi sendiri sebetulnya pemerintah sejak 2016 sudah menyiapkan beberapa rancangan ataupun kebijakan. Di antaranya melalui perizinan usaha yang mudah. Kemudian mengembangkan sistem perizinan oline terpadu atau OSS serta pemberian tax holiday.

"Kita memperbaiki supaya investor tertarik dan lagi menganggap Indonesia itu negara yang sulit untuk memulai investasi," kata dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya