PBB Sebut 2018 Sebagai Tahun Paling Mematikan untuk Anak-Anak Suriah

Laporan terbaru PBB Menyebut bahwa 2018 adalah tahun paling mematikan bagi anak-anak di Suriah.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Mar 2019, 07:37 WIB
Ekspresi saat anak-anak bernyanyi dalam kegiatan rekreasi di kamp pengungsian al-Bab, Suriah, Selasa (29/5). (AP Photo/Lefteris Pitarakis)

Liputan6.com, Damaskus - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa 2018 adalah tahun yang paling mematikan bagi anak-anak di Suriah, di mana diakibatkan oleh perang yang kini memasuki tahun kesembilan.

UNICEF, badan anak-anak dunia, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin bahwa pihaknya telah memverifikasi 1.106 kematian anak akibat pertempuran pada 2018.

Dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (12/3/2019), laporan tersebut menunjukkan korban tahunan tertinggi sejak konflik pecah di Suriah pada 2011.

Akan tetapi, hal itu memperingatkan bahwa angka sebenarnya kemungkinan bahkan lebih tinggi.

"Saat ini, ada kesalahpahaman yang mengkhawatirkan bahwa konflik di Suriah akan segera berakhir, tidak," kata Henrietta Fore, direktur eksekutif Unicef dalam sebuah pernyataan.

"Anak-anak di beberapa bagian negara tetap dalam bahaya selama konflik yang telah berlangsung delapan tahun lamanya," lanjutnya.

Penyebab terbesar jatuhnya korban anak-anak adalah persenjataan yang tidak meledak, yang menyebabkan 434 kematian dan cedera tahun lalu, kata UNICEF.

Perang Suriah telah menewaskan ratusan ribu orang dan mengusir jutaan orang dari negara itu.

Turki dan Rusia, salah satu sekutu setia pemerintah Suriah, menengahi kesepakatan pada September lalu, untuk menciptakan zona demiliterisasi di wilayah barat laut Idlib, yang akan bebas dari semua senjata berat dan pejuang.

Kesepakatan tersebut membantu mencegah serangan pemerintah terhadap kawasan itu, yang merupakan benteng besar terakhir penentang Presiden Bashar al-Assad.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Keselamatan Anak Masih Mengkhawatirkan

Anak-anak melambaikan tangan dekat tenda pengungsian mereka yang kebanjiran di Kamp Cordoba, Batabu, Idlib, Suriah, Rabu (16/1). Hujan badai membuat kamp pengungsian mereka kebanjiran. (Aaref Watad/AFP)

Namun, Fore mengatakan dia prihatin dengan intensifikasi kekerasan di Idlib, tempat 59 anak dilaporkan tewas dalam beberapa pekan terakhir.

"UNICEF sekali lagi mengingatkan para pihak yang terlibat konflik, dan juga komunitas global, bahwa anak-anak di negara itu (Suriah) yang paling menderita dan yang paling dirugikan. Setiap konflik berlanjut adalah hari lain yang dicuri dari masa kecil mereka," kata Fore.

Sejak Januari, sekitar 60 anak tewas ketika berusaha mencapai kamp al-Hol di Suriah timur laut, yang kini menjadi rumah bagi lebih dari 65.000 orang yang melarikan diri dari ISIS, menurut PBB.

Ribuan orang membanjiri kamp al-Hol ketika Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS mengepung sisa-sisa terakhir kekuasaan teritorial ISIS di desa Baghouz, yang dikepung dekat perbatasan Irak.

"Suriah masih menjadi salah satu tempat paling berbahaya di dunia untuk anak-anak, dengan kekerasan, ketidakamanan dan pengungsian yang berkelanjutan," kata Caroline Anning, juru bicara Save the Children.

"Bahkan ketika konflik telah mereda, risiko dari sisa-sisa perang yang meledak seperti ranjau darat dan munisi tandan semakin meningkat," lanjutnya prihatin.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya