JK Bilang Biaya Pembangunan LRT Kemahalan, Ini Jawaban Adhi Karya

Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengkritik pembangunan kereta ringan cepat atau light rail transit (LRT) yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km).

oleh Bawono Yadika diperbarui 14 Jan 2019, 12:45 WIB
Antrean kendaraan melintasi ruas Tol Jakarta-Cikampek, Bekasi, Rabu (13/6). Pada H-2 Lebaran, kepadatan di ruas tol Jakarta-Cikampek disebabkan karena penyempitan jalur, lantaran ada proyek pembangunan LRT dan Tol Elevated. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengkritik pembangunan kereta ringan terpadu atau light rail transit (LRT) yang menelan biaya sampai Rp 500 miliar per kilometernya (km). Menurut dia, pembangunan LRT dengan skema elevated tersebut dinilai kurang efektif.

Sebagai kontraktor, PT Adhi Karya (Persero) Tbk merespons bahwa pembangunan LRT Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) sudah melalui proses pertimbangan yang masak oleh perusahaan. Itu salah satunya seperti pertimbangan biaya operasional (operational cost).

"Jadi, bahwa pemilihan konstruksi elevated atau underground harus meninjau kondisi yang ada. Dalam desain pembangunan infrastruktur ada tiga pertimbangan, pertama at grade di atas tanah biasa, kedua elevated dan ketiga underground. Kami sudah lakukan kajian, ini yang paling optimal yang bisa kita berikan," ucap Direktur Operasi II PT Adhi Karya (Persero) Tbk Pundjung Setya Brata di Jakarta, Senin (14/1/2019).

Dia menambahkan, nominal sejumlah Rp 500 miliar per km tersebut sudah mencakup seluruh nilai operasi dengan panjang rel LRT yang mencapai 44,43 kilometer. Termasuk didalamnya pembangunan depo hingga stasiun.

"Jadi LRT ini berbeda dengan jalan tol, kami bukan hanya membangun jalan, tapi juga membangun sistem, juga membangun workshop untuk menyimpan perbaikan maintenance depo. Depo ada cost-nya ini yang Rp 500 miliar, termasuk biaya depo yang sesuai dengan panjang tadi," ujarnya.

Dia pun menegaskan, pembangunan LRT ini telah sesuai dengan pertimbangan Perseroan. Perusahaan telah mensurvei secara detail terkait pembangunan LRT dengan skema elevated itu.

"Kami sudah berusaha memikirkan semuanya supaya lebih optimum. Jadi kalau mau kita compare, atau bolehlah dicek pembangunan di luar negeri ya. Supaya bisa clear perbandinganya," tandasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

JK Kritik Pembangunan LRT Habiskan Rp 500 Miliar per Km

Jajaran tiang beton proyek LRT di Jakarta, Kamis (6/9). Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak terhadap proyek infrastruktur. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat bertemu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di rumah dinasnya, Jumat (11/1/2019) pagi.

Dalam pertemuan itu JK berbicara banyak hal, salah satunya terkait efisiensi transportasi di Jakarta.

"Saya baru tadi pagi berbicara dengan Gubernur DKI tentang efisiensi transportasi di Jakarta. Diuraikan bagaimana penggunaan teknologi di dalam sistem transportasi di Jakarta," kata JK saat memberikan sambutan di hadapan para peserta INKINDO di Istana Wapres, Merdeka Selatan, Jumat (11/1/2019).

Sebab itu, para konsultan harus terus memahami teknologi. JK mencontohkan pembangunan LRT Jabodetabek dengan elevated yang hanya berada di samping jalan tol. Menurut JK, model pembangunan seperti itu tidak efisien. 

"Saya kasih contoh, membangun LRT ke arah bogor dengan elevated (jalur layang). Buat apa elevated kalau hanya berada di samping jalan tol?," ucap JK.

Menurut dia, di sejumlah negara, pembangunan LRT tidak di bangun bersebelahan dengan jalan tol. Pembangunan jalur layang justru akan membuat biaya semakin membengkak.

"Biasanya light train itu tidak dibangun bersebelahan dengan jalan tol, harus terpisah. Tapi bangunnya gitu. Siapa konsultan yang memimpin ini, sehingga biayanya 500 miliar per kilometer," kata JK.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya