Halmahera Tengah Perkuat Sektor Pariwisata Lewat Budaya Religi Fanten

Salah satunya Festival Budaya Islami Fanten Fagogoru 2018. Event ini digelar di Patani, Halmahera Tengah, 4-5 Desember 2018.

oleh Reza diperbarui 05 Des 2018, 16:08 WIB
Wow, 107 negara berebut pasar wisatawan Tiongkok. (foto: dok. Kemenpar)

Liputan6.com, Jakarta Kabupaten Halmahera Tengah terus membangun sektor pariwisata. Berbagai kegiatan digelar. Salah satunya Festival Budaya Islami Fanten Fagogoru 2018. Event ini digelar di Patani, Halmahera Tengah, 4-5 Desember 2018. Fanten adalah bagian dari Festival Fagogoru yang berlangsung sejak Oktober lalu.

Menurut Kepala Dinas Pariwisata Halmahera Tengah, Mohammad Adam, Fanten adalah budaya masyarakat yang telah dilakukan secara turun temurun. Budaya tersebut kemudian dikemas sebagai atraksi wisata.

“Fanten adalah kegiatan yang telah melekat di masyarakat Halmahera Tengah. Khususnya bagi masyarakat di Weda dan Patani, juga Maba Oleh karena itu penyelenggaraannya selalu berpindah. Tahun ini, Patani yang kebagian menjadi tuan rumah,” terang Adam dalam bincang-bincang santai, Senin (3/12).

Fanten sendiri adalah kegiatan keagamaan. Yaitu ungkapan rasa syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, atau Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Fanten adalah kegiatan zikir semalam suntuk yang dilakukan masyarakat untuk merayakan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Inilah bentuk ucapan syukur yang telah mereka lakukan sejak bertahun-tahun lalu. Tradisi yang terus dipertahankan,” tutur Adam.

Dalam perayaan Fanten, masyarakat secara bergantian memberi, membagikan dan menyajikan makanan kepada mereka yang melakukan zikir. Namun, makanan itu tetap untuk disantap secara bersama-sama.

Masyarakat kemudian memaknai Fanten sebagai sebuah perayaan yang bermakna saling memberi tanpa pamrih. Tujuannya, untuk memupuk rasa persaudaraan antara sesama masyarakat Gam Range atau tiga negeri. Ketiga negeri yang dimaksud adalah daerah Weda, Patani, dan Maba.

Fanten juga dipadukan dengan atraksi atrak budaya lain. Seperti tarian cokaiba lalayon. Acara diawali dengan memiyen atau wao pada 21 November lalu. Atau, bertepatan dengan bulan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.

Ditambah Adam, Pemerintah Kabupaten Halmahera Tengah melihat kegiatan ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata. “Fanten masuk dalam budaya religi. Kita pun akhirnya mendorong Fanten menjadi salah satu atraksi wisata khas Halmahera Tengah,” paparnya.

Tradisi Fanten juga menjadi bagian dari Festival Fagogoru 2018 yang sudah bergulir sejak Oktober lalu. “Iya Fanten menjadi bagian dari Festival Fagogoru. Rangkaian event wisata yang kita harapkan bisa meningkatkan pariwisata Halmahera Tengah,” harapnya.

Sementara Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kementerian Pariwisata Ricky Fauzi, mengaku tidak meragukan potensi wisata Halmahera Tengah.

“Halmahera Tengah itu dikaruniai dengan alam yang indah. Banyak potensi yang bisa digali di sana. Termasuk juga dengan budayanya. Bahkan lebih lengkap lagi, ada budaya religi yang bisa mereka kemas seperti Fanten ini,” katanya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sangat mendukung upaya pengembangan sektor wisata Halmahera Tengah.

‘Untuk memajukan pariwisata, dibutuhkan CEO Commitment. Karena arah kebijakan suatu daerah, akan memperkuat sektor pariwisata atau tidak, ada di CEO. Dalam hal ini kepala daerah, Gubernur, Walikota dan Bupati,” tuturnya.

Menpar menambahkan, daerah yang serius memajukan pariwisata, akan mendapatkan perhatian yang juga serius.

 

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya