Indonesia Punya Peluang Besar Kuasai Teknologi Baterai, Asal..

Jika baterai motor listrik ini sudah bisa dibuat di dalam negeri, maka kemungkinan besar baterai mobil listrik juga bisa dibuat oleh anak bangsa.

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Jul 2018, 19:06 WIB
Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil memproduksi Lithium Ion Battery (LIB) untuk penggerak motor listrik yang hemat dan murah. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kolaborasi antara Universitas Sebelas Maret (UNS), Institut Sepuluh Nopember (ITS), dan PT Pertamina (Persero) mampu menghasilkan baterai murah untuk motor listrik.

Meskipun masih sebatas riset, namun baterry pack yang disebut Lithium Ion Battery (LIB) ini dipercaya bisa segera diproduksi massal.

Menurut Ketua Pusat Unggulan Iptek Sistem dan Kontrol Otomotif (PUI SKO) ITS, Muhammad Nur Yuniarto, jika baterai motor listrik ini sudah bisa dibuat di dalam negeri, maka kemungkinan besar baterai mobil listrik juga bisa dibuat oleh anak bangsa.

"Paling simple seperti ini, cell baterai yang kita buat itu modular. Jadi, misalkan Gesits membutuhkan baterai bertenaga 3 kWh dan Viar 1,5 kWh. Jadi, untuk mobil yang ditentukan ingin berapa jarak yang ditempuh, yaitu 100 kWh misalkan, berarti butuh 90 sampai 100 pack baterai kita," jelas Nur saat dihubungi Liputan6.com, kamis (19/7/2018).

Lanjutnya, memang untuk membuat baterai kendaraan listrik seperti semudah menggunakan bensin atau solar masih butuh waktu panjang. Namun, hal tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi anak bangsa untuk melakukan riset.

"Itu tantangan tersendiri bagi kita, untuk membuat baterai yang kompak dan ringan. Tidak untuk kendaraan listrik saja, tapi untuk semua yang membutuhkan tenaga listrik," tegasnya.

2 dari 2 halaman

Tepis Pernyataan Gaikindo

Pernyataan tersebut, tentu saja menepis anggapan Gabungan Industri Kendaraan bermotor Indonesia (Gaikindo) terkait proses produksi baterai kendaraan listrik di Indonesia masih terbentur masalah besar, terutama untuk bahan baku.

"Baterainya yang beredar saat ini lithium-ion. Indonesia tidak punya bahan baku lithium-ion, gimana mau bikin," kata Yohanes Nangoi, Ketua Umum Gaikindo beberapa waktu lalu.

Karena itu, sampai saat ini yang terpikirkan menurut dia adalah impor bahan baku. Ini dilakukan andaikata Indonesia mau memproduksi sendiri baterai lithium-ion.

"Kalau mau bikin harus impor bahan bakunya. Itu yang mau bikin kita sendiri? Begitu apa enggak. Nah itu (persoalannya)," kata dia.

Memang, untuk lithium-ion di Indonesia belum tersedia. Bahkan, baterai yang dikembangkan UNS dan Pertamina, masih mengimpor bahan baku tersebut. Namun, untuk bahan lainnya cukup tersedia di Tanah Air.

Satu unit battery pack nanti akan memiliki kapasitas 3 kWh untuk motor listrik dengan kekuatan 5 kW atau lebih kurang setara dengan mesin motor dengan pembakaran internal berkapasitas 125-150 cc. Sedangkan untuk umur pemakaian, baterai ini bisa digunakan hingga lima tahun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya