Ke Arah Mana Mourinho Membawa MU?

Mourinho gagal mempersembahkan gelar bagi MU pada musim ini.

oleh Harley Ikhsan diperbarui 20 Mei 2018, 17:15 WIB
Manajer Manchester United (MU), Jose Mourinho, pada final Piala FA. (AFP/Glyn Kirk)

Liputan6.com, Jakarta - Kekalahan dari Chelsea pada final Piala FA memperbesar tanda tanya terhadap masa depan Manchester United (MU) di bawah komando Jose Mourinho. Keraguan muncul karena The Red Devils kembali tampil tanpa inspirasi di Wembley, Sabtu (19/5/2018).

Padahal MU sebenarnya sudah memiliki insentif di awal laga. Mereka mencoba menutup 2017/2018 dengan positif menyusul kekecewaan sepanjang kampanye.

Sebelumnya Paul Pogba dan kawan-kawan gagal bersaing melawan Manchester City di Liga Inggris, serta disisihkan Bristol City (Piala Liga Inggris) dan Sevilla (Liga Champions) pada kompetisi lain.

Peluang memberi kado bagi Sir Alex Ferguson yang dalam proses pemulihan usai pendarahan otak juga mestinya membakar semangat pemain. Tercatat ada enam pemain dalam tim utama yang sudah memperkuat tim sebelum Ferguson meninggalkan Old Trafford pada 2013.

Namun, tidak ada tanda-tanda MU ingin memenangkan pertandingan begitu wasit Michael Oliver meniup peluit pertama.

2 dari 3 halaman

Sosok Tepat Tangani MU?

Gelandang Manchester United, Jesse Lingard, tampak kecewa usai dikalahkan Chelsea pada laga final Piala FA 2017-2018 di Stadion Wembley, Sabtu (19/5/2018). Chelsea menang 1-0 atas Manchester United. (AP/Rui Vieira)

Mereka memulai pertandingan dengan lamban dan gagal mengancam gawang Thibaut Courtois di babak pertama. Peningkatan baru terlihat selepas jeda ketika sudah tertinggal akibat penalti Eden Hazard.

Usaha tembakan tepat sasaran baru hadir di menit ke-55 melalui Marcus Rashford. Phil Jones dan Nemanja Matic juga mencoba. Tapi tidak ada yang membuahkan hasil.

Sorotan pun tertuju kepada Mourinho. Bukan kali pertama The Red Devils melempem, dia dinilai tidak mampu mengangkat motivasi dan mengoptimalkan anak asuhnya. Terutama para pemain mahal seperti Pogba dan Alexis Sanchez, serta talenta muda dalam diri Rashford atau Luke Shaw.

Sikap Mourinho usai partai juga menciptakan kebingungan. Sebab, dia mengaku puas melihat kinerja tim. "Setiap kekalahan menyakitkan. Namun, saya memilih hasil seperti ini, tumbang ketika sudah memberikan segalanya" ungkapnya, dikutip Daily Mail.

Sejumlah analis mengintepretasikan pernyataan tersebut sebagai melemahnya ambisi Mourinho memburu titel. Padahal MU identik dengan trofi dan mencoba kembali ke masa kejayaan sejak Ferguson pergi.

Skeptisisme itu krusial karena persaingan ke depannya bakal tambah sulit. Manchester City akan coba memulai dominasi setelah memecahkan sejumlah rekor di Liga Inggris.

Liverpool menunjukkan peningkatan dengan menembus final Liga Champions. Tottenham juga berkembang dan mulai stabil masuk empat besar. Sedangkan Arsenal, dan kemungkinan Chelsea, bakal ditangani pelatih baru dan mencoba bangkit.

3 dari 3 halaman

Bungkam Kritik?

 

Mampukah Mourinho menghadapi tantangan dan meraih prestasi, ketika stagnasi terlihat pada musim ini?

Pendukung MU akan berharap sosok asal Portugal tersebut mampu membungkam pihak yang meragukannya. Walau absen gelar, 2017/2018 tetap tercatat sebagai kampanye terbaik MU di Liga Inggris selepas Ferguson.

Mourinho juga sudah perlahan memulihkan mental juara pemain lewat torehan tiga titel pada musim perdananya di Old Trafford.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya