Egy Maulana Siap Jawab Kritik dan Cibiran Pendukung Lech Poznan

Egy Maulana Vikri mengaku tak terganggu dengan dengan teror pendukung Lech Poznan.

oleh Muhammad Adiyaksa diperbarui 23 Mar 2018, 19:11 WIB
Egy Maulana Vikri saat diundang Presiden Joko Widodo ke Istana Negara, Jumat (23/3/2108). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Egy Maulana Vikri mendapat sambutan tidak menyenangkan di Polandia. Gelandang berusia 17 tahun ini disindir melalui banner oleh pendukung Lech Poznan.

Egy baru bergabung dengan pesaing Lech Poznan di Liga Polandia, Lechia Gdansk. Proses perkenalan personil Timnas Indonesia U-23 itu berlangsung meriah.

Ada kemungkinan, pendukung Lech Poznan tidak menyukai sambutan yang berlebihan untuk Egy Maulana Vikri.

Saat Lechia tandang melawan Lech Poznan, pendukung tuan rumah membentangkan banner bernada sindiran. Cibiran tersebut bertuliskan ‘Lechia Gdansk Sial Pelacur’ yang menyertawan wajah seseorang dengan ikat kepala Lechia.

Egy mengatakan mentalnya tidak jatuh dengan teror tersebut. Ia berjanji akan membungkam sindiran dengan permainannya di atas lapangan.

“Bebas mereka mau bilang apa saja. Masa mau dibalas dengan omongan. Kan tidak. Jadi kita lihat saja nanti di lapangan,” ujar Egy Maulana Vikri ketika ditemui di Kantor Kemenpora, Jakarta Pusat, Jumat (23/3/2018).

 

2 dari 3 halaman

Persiapan

Egy Maulana Vikri (kedua kiri) menggiring bola saat latihan perdana jelang laga melawan Jepang U-19 di Lapangan A Kompleks GBK, Jakarta, Kamis (22/3). Laga kedua tim digelar Minggu (25/3). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Egy baru akan memperkuat Lechia pada musim depan. Atau tepatnya, saat usianya menginjak 18 tahun pada 7 Juli 2018.

Kini, Egy fokus untuk mempersiapkan kepindahan permanen dirinya ke Polandia. Selain itu, adaptasi terkait cuaca dingin di Eropa juga tengah dibiasakannya.

“Yang pasti permainan semakin diperkuat dan fisik ditambah lagi,” kata Egy.

3 dari 3 halaman

Kendala Bahasa

Egy mengaku tidak terkendala dengan perbedaan bahasa Indonesia dengan Polandia. Pasalnya, budaya baru ini dapat dipelajarinya sembari berkarier di Eropa.

“Kalau masalah bahasa, nanti bisa dipelajari dan cuaca juga tidak masalah. Paling susah di awal-awal saja, tapi lama-lama diatasi,” imbuh pelajar kelas 3 SMA Sekolah Khusus Olahraga (SKO), Ragunan, Jakarta Selatan ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya