BPOM Nyatakan Bahaya Mikroplastik bagi Kesehatan Belum Diketahui

BPOM meminta masyarakat untuk tidak perlu panik dengan adanya isu mikroplastik dalam air minum dalam kemasan.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 19 Mar 2018, 11:30 WIB
BPOM meminta masyarakat untuk tidak perlu panik dengan adanya isu mikroplastik dalam air minum dalam kemasan. (Ilustrasi/iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia menyatakan, belum ada studi ilmiah yang membuktikan bahaya mikroplastik bagi tubuh manusia.

Hal tersebut disampaikan BPOM dalam laman resminya, ditulis pada Senin (19/3/2018).

"The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) selaku lembaga pengkaji risiko untuk keamanan pangan di bawah FAO-WHO belum mengevaluasi toksisitas plastik dan komponennya. Oleh karena itu, belum ditetapkan batas aman untuk mikroplastik. Codex, sebagai badan standar pangan dunia di bawah FAO-WHO belum mengatur ketentuan tentang mikroplastik pada pangan," tulis BPOM.

Selain itu, BPOM juga menyatakan terus memantau isu mikroplastik ini, dan berkoordinasi dengan berbagai lintas keahlian, akademisi, kementerian, lembaga terkait, serta asosiasi di tingkat nasional dan internasional.

Masyarakat juga diminta untuk tetap tenang terkait adanya isu mikroplastik. BPOM menyatakan, keamanan, mutu, dan gizi produk air minum dalam kemasan (AMDK), sudah diatur dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) AMDK.

 

Simak juga video menarik berikut ini: 

2 dari 2 halaman

Penelitian Mikroplastik

BPOM meminta masyarakat untuk tidak perlu panik dengan adanya isu mikroplastik dalam air minum dalam kemasan. (Ilustrasi/iStockphoto)

Sebelumnya, peneliti di State University of New York di Fredonia menemukan mikroplastik pada sampel air kemasan yang diambil dari produsen di seluruh dunia. Sebuah partikel plastik yang sangat kecil untuk dilihat.

Dikutip dari Live Science, pengujian 250 botol dari 11 merek air minum dalam kemasan menunjukkan adanya mikroplastik pada 93 persen sampel.

Penelitian tersebut dirilis oleh Orb Media (OM), lembaga non-profit yang menggunakan data dan jurnalisme untuk menyelidiki masalah lingkungan.

Namun, OM menyatakan, konsekuensi adanya temuan ini bagi kesehatan manusia belum diketahui.

OM bekerja sama dengan beberapa organisasi media dari 10 negara, yaitu, Inggris, Spanyol, Finlandia, Bangladesh, Brasil, Swedia, Jerman, India, dan Indonesia, untuk mendistribusikan hasil penelitian ini.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya