Titiek Soeharto: Setelah Reformasi Indonesia Butuh GBHN

Dia menilai tanpa GBHN, tiap kepala negara terkesan tak memiliki arah dalam mengeluarkan kebijakan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 12 Mar 2018, 02:15 WIB
Titiek Soeharto (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Putri almarhum Presiden ke-2 Indonesia Soeharto, Siti Hediati Hariyadi atau Mbak Titiek sepakat dengan ide Megawati Sukarnoputri untuk menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Usulan itu dinilai perlu dikaji kembali dengan mempertimbangkan kondisi bangsa pascareformasi.

"GBHN saya rasa perlu ya. Setelah reformasi beberapa tahun kita butuh GBHN. Kalau tidak ada GBHN, tidak ada haluan negara," ucap dia di Jakarta, Minggu (11/3/2018).

Mbak Titiek, begitu dia biasa disapa ini menuturkan, tanpa GBHN, tiap kepala negara terkesan tak memiliki arah dalam mengeluarkan kebijakan. Bahkan cenderung mengikuti kebijakan masing-masing, sesuai selera mereka yang memegang kendali pemerintahan.

"Tiap Kepala Negara tidak ada haluannya, punya kebijakan sendiri-sendiri," ucap Titiek.

Karena itu, lanjut dia, jikalau terjadi pergantian Kepala Negara, maka pemimpin itu dapat mengikuti GBHN untuk menentukan arah bangsa.

"Siapapun Presidennya harus mengikuti GBHN. Jadi saya kira perlu ada GBHN lagi," tandas Titiek.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Sudah Disampaikan ke MPR

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memberikan sambutan pada pagelaran wayang kulit dalam rangka HUT PDIP ke-45 di Tugu Proklamasi, Jakarta, Sabtu Malam (27/1). Pagelaran wayang menampilkan lakon 'Bima Jumeneng Guru Bangsa'. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Megawati menyebut, pemerintahan dapat membuat GBHN lagi. Agar mengikuti jalur yang ada. Hal itu pun disebut telah disampaikan kepada MPR.

"Saya pernah berbicara dengan Bapak Ketua MPR, persoalan ini. Karena menurut saya juga, setelah amandemen kita perlu melihat sekian pasal amandemen itu," kata Megawati.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya