4 Kebiasaan Gila Seks di Masa Lampau

Gila seks adalah ungkapan yang tepat bagi mereka yang hidup di masa lampau. Tak ada batasan kepada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Feb 2018, 20:02 WIB
Achilles dan Patroclus adalah kisah cinta sesama jenis pada zaman Yunani Kuno (Wikipedia/Public Domain)

Liputan6.com, Athena - Seks merupakan hasrat naluriah yang dimiliki semua manusia. Hampir setiap pasangan di seluruh penjuru dunia melakukan hubungan seksual untuk sebuah kebutuhan dan meneruskan keturunan.

Bicara soal seks maka tak lepas dari aktivitasnya yang kerap ditemukan menyimpang. Aktivitas seksual yang dianggap menyimpang pada kehidupan saat ini rupanya pernah jadi hal lumrah di masa lampau.

Gila seks adalah ungkapan yang tepat bagi mereka yang hidup di masa lampau. Tak ada batasan kepada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan bisa dijadikan pelampiasan.

Bukan hanya satu golongan, bahkan dari pemimpin setingkat raja dan kaisar melakukan kegilaan seks yang sama.

Seperti dikutip dari laman Listverse.com, Jumat (23/2/2018), berikut 4 kebiasaan gila seks di masa lampu:

2 dari 5 halaman

1. Cinta Sesama Lelaki Yunani Kuno

Gambaran aktivitas seksualitas sesama jenis zaman Yunani Kuno (Wikipedia/Public Domain)

Pada zaman Yunani Kuno, sangat wajar apabila ada seorang pria dewasa yang hidup dengan anak laki-laki. Bahkan banyak pula yang menjadikan hubungannya sebagai sepasang kekasih.

Konon, seorang pria dewasa yang menyatakan cinta pada anak laki-laki adalah sebuah budaya di zaman Yunano Kuno.

Para warga saat itu bahkan menganggap hal lumrah ada sepasang kekasih sesama jenis, asal pria dewasa itu mencintai anak-anak. Yang bikin aneh adalah ketika seorang pria dewasa menjalin hubungan dengan pria dewasa juga.

Saat sebuah hubungan sesama jenis dibangun, pria dewasa harus berperan sebagai "laki-laki" dan sebaliknya, anak laki-laki di bawah umur mengambil peran sebagai "perempuan".

 

3 dari 5 halaman

2. Seks Bebas China Kuno

Aktivitas seksual yang begitu liberal di zaman China Kuno (Wikipedia/Public Domain)

Pada zaman China Kuno, aktivitas seksual begitu liberal. Berbeda dengan Yunani Kuno, tak ada yang melarang mereka untuk berhubungan dengan siapa saja.

Mereka boleh memiliki selir, bahkan tak jadi masalah apabila ingin menyewa pelacur laki-laki.

Kala itu, ada sebuah cerita tentang seorang Kaisar Ai yang tidur dengan kekasih gelapnya yang bernama Dong Xian. Suatu malam Dong Xian tertidur di lengan kaisar.

Karena tak ingin membangunkan kekasihnya, sang kaisar rela memotong lengan baju miliknya dan menyelinap pergi. Satu istana paham dengan makna buntungnya lengan baju kaisar.

Oleh sebabnya, mereka ikut memotong lengan baju agar dapat menghormati kaisar. Hal ini menunjukkan betapa diterimanya aktivitas seksual semacam ini.

Orang-orang bisa berselingkuh, tetapi dalam budaya mereka, memiliki keturunan adalah wajib. Jadi, seorang pria boleh pacaran dengan seorang laki-laki (homoseksual), asal punya keturunan dari seorang perempuan.

4 dari 5 halaman

3. Cinta Sejenis Zaman Medieval Jepang

Aktivitas seksual zaman Medieval Jepang (Wikipedia/Public Domain)

Pada Abad ke-14, beberapa pejuang di Jepang secara sengaja mendidik seorang anak laki-laki untuk dijadikan kekasih. Serupa dengan zaman Yunani Kuno, namun bedanya Jepang lebih mentolerir hubungan homoseksual.

Jadi tak heran apabila aktivitas seksual sesama jenis di Jepang pada era Medieval sangat berkembang pesat. Bahkan, sanking pesatnya cinta sesama jenis itu, hubungan cinta pria dan wanita dianggap aneh.

5 dari 5 halaman

4. Bukti Cinta Terlarang Mesir Kuno

Aktivitas seksual zaman Mesir Kuno (Wikipedia/Copyrighted free use)

Ketika ada dua jasad pria dari zaman Mesir Kuno ditemukan dalam kondisi saling berpelukan, mulai terdengar adanya kisah yang mengisyaratkan bahwa hubungan sesama jenis pada masa itu pernah terjadi.

Meski demikian, tak dijelaskan secara pasti dalam sebuah kisah bahwa aktivitas sesama jenis ini terjadi.

Selain adanya hubungan seksual sesama jenis, banyak orang pula yang menilai sosok pemerkosa atau pedofil bukanlah sebagai penjahat sungguhan.

Para pelaku pemerkosaan bahkan akan jauh lebih bisa diterima menjadi pemimpin dari pada mereka yang jadi korban.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya