Mendag: Impor Beras Bukan Berarti Pemerintah Tak Peduli Petani RI

Mendag Enggartiasto Lukita memastikan bahwa impor beras bukan berarti pemerintah melalaikan perhatiannya kepada petani dalam negeri.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 21 Feb 2018, 18:30 WIB
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. (Liputan6.com/Switzy Sahbandar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menegaskan kebijakan impor beras yang dilakukan pemerintah adalah suatu ketetapan untuk menjaga cadangan beras di masa depan.

Dia memastikan bahwa impor beras bukan berarti pemerintah ingin memalingkan perhatiannya kepada petani dalam negeri.

"Impor ini bukan berarti pemerintah tidak peduli dengan petani. Keberpihakan pemerintah kepada petani tetap, bahkan lebih," tegas Enggartiasto di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (21/2/2018).

Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi dengan Menko Perekonomian pada 15 Januari 2018, dia melanjutkan, pengadaan impor beras sekaligus menugaskan Perum Bulog untuk menyerap gabah sesuai dengan ketentuan Instruksi Presiden No 5 tahun 2015.

"Dalam rakor berikutnya, kita menentukan fleksibilitas. Semula diberi fleksibilitas 10 persen dari HPP, naik jadi 20 persen," ujarnya. 

Enggartiasto menambahkan, pemerintah sengaja melakukan impor beras sebagai stok cadangan (buffer stock). Dia menekankan bahwa kebutuhan cadangan beras yang cukup adalah suatu keharusan.

"Sekali lagi, jangan dipertentangkan antara impor beras dengan petani. Jangan pernah bermain-main dengan perut, pemerintah tidak mau seperti itu. Petani juga dijamin, tidak usah ada kekhawatiran," pungkasnya.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Cek Jumlah Beras yang Diimpor RI dalam 5 Tahun

Beras asal Vietnam tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Beras impor sebanyak 27 ribu ton tersebut direncanakan pemerintah untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) membeberkan data impor beras dalam kurun waktu 2013-2017. Ada enam negara yang memasok kebutuhan beras terbesar untuk Indonesia, yakni Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, serta Vietnam.

"Impor memang ada sedikit-sedikit, nilainya kecil-kecil. Beberapa waktu lalu memang ada (impor) tapi lebih kepada beras khusus," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti di kantornya, Jakarta, pada 15 Januari 2018. 

Yunita berharap, pemerintah melalui Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Bank Indonesia (BI), dan pihak-pihak terkait lain dapat meredam gejolak harga beras, sehingga tidak terus naik. Salah satunya dengan kebijakan impor beras.

"Dengan adanya impor beras khusus 500 ribu ton akan membantu sisi suplai, karena kemarin kan sempat langka di beberapa pasar. Kalau suplai dibantu, bisa menekan harga beras," dia menjelaskan.

Data BPS menunjukkan impor beras Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir, antara lain:

- 2013, impor senilai US$ 246 juta dengan volume 472,66 ribu ton

- 2014, impor senilai US$ 388,18 juta dengan volume  844,16 ribu ton

- 2015 impor senilai US$ 351,60 juta dengan volume  861,60 ribu ton

- 2016 impor senilai US$ 531,84 juta dengan volume  1,2 juta ton

- 2017 impor dengan angka sementara senilai US$ 143,21 juta dengan volume   311,52 ribu ton.

"Pada 2016 memang dicanangkan tidak ada impor, tapi Januari-Maret 2016 ada data impornya. Itu sisa kuota 2015," jelas Kepala Subdirektorat Statistik Impor BPS, Rina Dwi Sulastri.

Diakui Rina, impor beras oleh Indonesia tersebut paling besar dipasok dari enam negara, yaitu Thailand, Pakistan, Myanmar, India, Tiongkok, Vietnam, dan sejumlah negara lain. "Impor beras tersebut bukan beras khusus," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya