Sanksi Tegas Menanti Petugas Puskesmas yang Telantarkan Bayi Icha

Bayi perempuan tujuh bulan di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari Brebes, Jateng, meninggal dunia setelah ditelantarkan puskesmas setempat.

oleh Fajar Eko Nugroho diperbarui 12 Des 2017, 03:01 WIB
Kepala Puskesmas Sidamulya, dr Arlinda, mengakui ada kesalahan prosedur pada kinerja bawahan terkait bayi meninggal usai ditolak berobat. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Liputan6.com, Brebes - Insiden bayi ditelantarkan puskesmas hingga meninggal dunia menjadi perhatian banyak kalangan. Icha Selfia, bayi perempuan berusia tujuh bulan di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari Brebes, Jawa Tengah, meninggal dunia setelah ditolak berobat oleh puskesmas.

Bayi malang itu tak bisa diselamatkan nyawanya pada Minggu, 10 Desember 2017 sekitar pukul 10.00 WIB, karena menderita penyakit muntaber terus-menerus selama tiga hari berturut-turut.

Kepala Puskesmas Sidamulya, dr Arlinda, mengakui ada kesalahan prosedur pada kinerja bawahannya. Dia pun mengaku sudah mengklarifikasi kepada bawahannya tersebut.

"Ya, saya akui memang itu persoalan human error. Saya juga sudah temui dan klarifikasi petugasnya yang saat itu berjaga," ucap Arlinda, saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin, 11 Desember 2017.

Menurut Arlinda, jika ditangani sesuai prosedur, peristiwa seperti yang dialami bayi Icha seharusnya tak boleh terjadi. Semua pasien yang datang ke puskesmas harus dilayani dengan baik.

"Harusnya petugas lebih mengedepankan keselamatan pasien. Soal administrasi bisa diurus belakangan," ujar dia.

Ia menekankan, telah menegur secara lisan kepada petugas yang diduga membuat kesalahan prosedur. Apalagi, Puskesmas Sidamulya sudah punya aturan sistem operasional dan prosedur atau SOP.

"Jadi kalau untuk kondisi darurat mungkin prosedur yang kurang lengkap terkait administrasi bisa menyusul yang penting pasien ditangani dulu," katanya.

Arlinda pun berjanji akan menindak tegas petugas yang mengabaikan keselamatan pasien dan tidak sesuai prosedur terkait insiden bayi Icha.

"Tapi, (sanksi tegas) berupa apa nanti kita koordinasikan dengan Dinas Kesehatan," Arlinda menegaskan.

 

 

2 dari 3 halaman

Jadi Preseden Buruk

Icha Selfia, bayi tujuh bulan, meninggal dunia karena tak mendapatkan penanganan medis dari puskesmas setempat di Brebes, Jateng. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Di sisi lain, perlakuan tidak adil yang dialami Emiti (32), ibunda bayi Icha yang meninggal dunia karena mendapat penolakan penanganan medis di Puskesmas Sidamulya, Brebes, menjadi preseden buruk dunia pelayanan kesehatan.

Berasal dari keluarga miskin, Emiti harus rela mendapatkan cobaan hidup yang cukup berat ditinggal oleh anak bungsunya untuk selamanya.

"Ini merupakan pelajaran penting sekaligus teguran keras kepada pihak yang berwenang terkait penolakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat," ucap Agus, seorang warga Wanasari, Brebes.

Terlebih, kondisi ekonomi pasien yang tak mendapatkan pelayanan kesehatan oleh pihak puskesmas merupakan warga kurang mampu. "Untuk makan sehari-hari pun keluarga dia (Emtiti) terkadang mengharap belas kasih dari warga sekitar," katanya.

Untuk itu, Agus pun mendesak adanya punishment (sanksi) tegas kepada siapa saja yang melakukan kesalahan terkait prosedur penanganan pasien hingga menyebabkan kejadian fatal.

Kejadian ini merupakan sebab akibat meski meninggalnya seseorang tidak ada yang bisa memprediksi. "Tapi, paling tidak usaha pertolongan pertama bisa dilakukan semaksimal mungkin," Agus memungkasi.

3 dari 3 halaman

Ibunda Bayi Icha Masih Trauma

Makam Icha Selfia, bayi tujuh bulan yang meninggal dunia karena tak mendapatkan penanganan medis dari puskesmas setempat di Brebes, Jateng. (Liputan6.com/Fajar Eko Nugroho)

Emiti (32), ibunda bayi bernama Icha Selfia yang meninggal dunia karena tidak mendapat penanganan medis Puskesmas Sidamulya, Wanasari, Brebes, masih sedikit trauma.

Ia mengatakan, sudah berusaha semaksimal mungkin dengan segala keterbatasan ekonomi yang dialaminya. Emiti menceritakan, tak hanya membawa ke puskesmas saja untuk mengobati penyakit muntaber yang diderita anak bungsunya itu.

"Saya sudah berusaha, saya bawa ke puskesmas malah ditolak. Kemudian saya ke bidan desa kebetulan enggak ada. Setelah itu, saya ke Poliklinik Desa (Polindes) juga saat itu tutup," ucap Emiti di kediamannya, Senin (11/12/2017).

Ia mengaku tak berani membawa anaknya ke rumah sakit karena persoalan biaya. "(Saya) juga agak trauma kalau nanti ditolak lagi," ia menambahkan.

Emiti mengaku pasrah dengan kondisi anak kelimanya itu yang terus memburuk. Terlebih, sang suami, Saroi (35), tak berada di rumah karena sedang melaut sebagai anak buah kapal (ABK).

"Rencana akhir bulan Desember ini mau pulang. Makanya saat itu, saya bingung dan pasrah. Akhirnya, anak saya bawa pulang ke rumah," kata dia.

Emiti berharap kejadian yang dialaminya tidak dirasakan warga lain. Ia juga mengungkapkan kekesalannya pada puskesmas yang menelantarkan putrinya saat sakit.

"Kalau bisa, puskesmasnya ditutup saja kalau tidak bisa memberikan pelayanan kepada warga secara adil," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Brebes, Sri Gunadi Parwoko, mengatakan sudah mendapat laporan soal kasus itu. Dia berjanji akan menindak tegas petugas puskesmas yang menelantarkan pasien.

"Kami akan cek dulu kasus ini. Kalau sanksi pasti adalah nanti," ucap Gunadi.

Dinkes, kata dia, langsung memanggil Kepala Puskesmas Sidamulya untuk mengklarifikasi serta menjelaskan sebenarnya apa yang terjadi. "Saat ini, masih kita lakukan klarifikasi dulu. Hasilnya nanti segera kita sampaikan," ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya