ASEAN Skills Competition Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Muda

ASEAN Skills Competition Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Muda Indonesia

oleh Cahyu diperbarui 10 Sep 2017, 12:48 WIB
ASEAN Skills Competition Tingkatkan Kompetensi Tenaga Kerja Muda Indonesia

Liputan6.com, Jakarta Melalui ajang ASEAN Skills Competition (ASC), pemerintah berupaya untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja muda Indonesia hingga mampu mencapai standar kompetensi di tingkat ASEAN. Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), M. Hanif Dhakiri, pun berharap penyelenggaraan ASC di tahun-tahun mendatang semakin berkualitas dan kredibel, baik dari segi penyelenggara, peserta, maupun kompetitornya.

"Saya ucapkan selamat kepada pemenang ASEAN Skills Competition yang akan mewakili indonesia pada Oktober 2018 di Thailand," ujar Hanif, saat menutup Seleknas ASC ke-12 di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK), Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (9/9/2017).

Dalam kurun waktu 10 bulan ke depan, para pemenang seleksi nasional ASC ke-12 akan mendapatkan pelatihan yang intensif sebelum mengikuti gelaran ASC. Ajang ASC merupakan pembuktian bahwa dunia kompetensi merupakan dunia yang penuh dengan persaingan.

"Ini merupakan suatu pertarungan bagaimana daya saing SDM bisa terus dipertarungkan, baik di ajang nasional maupun di tingkat regional ASEAN," ucap Hanif.

Menurutnya, pendidikan dan pelatihan vokasi selama ini dipandang sebelah mata. Padahal, realitanya banyak sarjana yang tidak memiliki keterampilan dan menganggur.

"Soal keterampilan dan kompetensi ini ibarat mata uang dalam persaingan global," kata Hanif.

Jika SDM Indonesia tidak memiliki kompetensi, maka tidak akan bisa bersaing dan memiliki kesempatan untuk menang. Angkatan kerja muda Indonesai harus berada diatas standar pasar kerja.

"Kenapa harus di atas standar, karena kalau di atas standar maka Anda pasti menang. Kalau Anda sesuai standar, Anda bisa menang, tapi kalau anda di bawah standar, Anda pasti kalah," ujar Hanif.

Ia pun berharap generasi mileneal indonesia menjadi generasi yang di atas standar pasar kerja, sehingga tenaga kerja Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Sudah saatnya Indonesia meninggalkan sumber daya alam sebagai tumpuan untuk melakukan pembangunan.

"Karena selain persoalan lingkungan, kita juga tahu bahwa terus mengekploitasi alam akan mengakibatkan ketidak adilan antar generasi," ucap Hanif.

Ia menambahkan, saat ini dan ke depannya Indonesia harus menjadikan pendidikan dan pelatihan vokasi sebagai prioritas agar terfokus pada pembangunan SDM sebagaimana sudah di prioritaskan oleh Presiden Joko Widodo.

"Oleh karena itu, skema baik pendidikan maupun pelatihan vokasi, harus terus kita gaungkan. Harus terus kita edukasikan juga kepada masyarakat bahwa mengirim anak ke tempat pelatihan kerja juga dapat membekali mereka dengan keterampilan dan kompetensi yang akhirnya bisa masuk ke pasar kerja," kata Hanif.


(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya