China Larang Impor Batu Bara, Besi, dan Makanan Laut dari Korut

Menindaklanjuti sanksi PBB, China melarang impor batu bara, besi, bijih besi, dan makanan laut dari Korea Utara.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Agu 2017, 17:07 WIB
Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho (AP Photo/Bullit Marquez, File)

Liputan6.com, Beijing - China akan menghentikan impor batu bara, besi, bijih besi, dan makanan laut dari Korea Utara. Langkah Tiongkok ini merupakan implementasi sanksi PBB yang diberlakukan untuk merespons dua uji coba rudal Korut bulan lalu.

Tiongkok selama ini menyumbang lebih dari 90 persen perdagangan internasional Korut.

Seperti dikutip dari BBC pada Selasa (15/8/2017), Beijing telah berjanji untuk sepenuhnya memberlakukan sanksi PBB tersebut setelah AS menuding mereka tidak berbuat cukup untuk mengendalikan Korut.

Sanksi terbaru PBB untuk Korut disetujui pada awal bulan ini. Sanksi tersebut di antaranya larangan ekspor senilai lebih dari US$ 1 miliar, larangan untuk meningkatkan tenaga kerja asal Korut, dimasukkannya sejumlah warga Korut dalam daftar hitam, larangan terlibat investasi baru dan usaha patungan dengan Korut, serta pembekuan beberapa aset.

Tahun 2016, impor batu bara China dari Korut diketahui mencapai US$ 1,2 miliar dan jumlahnya pada tahun ini diperkirakan jauh lebih rendah.

"China telah mengimpor kuota batu bara untuk tahun 2017 di bawah penerapan sanksi. Jadi, tidak ada dampak nyata, dan ekspor Korut ke negara lain sangat minim," ujar David Von Hippel, peneliti sektor batu bara Korut dari Nautilus Institute, sebuah think thank yang berpusat di Oregon.

Para ahli berpendapat, sanksi terhadap Korut mungkin akan lebih berdampak pada industri besi dan makan laut. Meski keduanya merupakan sumber pendapatan ekspor Korut yang jauh lebih kecil, dua industri ini telah mengalami peningkatan ekspor.

Ekspor bijih besi tumbuh menjadi US$ 74,4 juta dalam lima bulan pertama tahun 2017. Angka tersebut nyaris menyamai keseluruhan ekspor pada tahun 2016. Sementara itu, impor ikan dan makanan laut mencapai US$ 46,7 juta pada bulan Juni, naik dari US$ 13,6 pada bulan Mei.

Sanksi PBB tidak berlaku bagi industri pakaian jadi Korut.

Menurut Von Hippel, secara hitungan kasar, industri pakaian jadi hampir sama besarnya dengan batu bara. Namun, kenyataannya menyasar sektor itu kurang mengena karena Korut masih harus mengimpor bahan baku.

Sanksi PBB "meluncur" di tengah meningkatnya ketegangan antara AS-Korut. Di lain sisi, tensi tinggi juga mewarnai sektor perdagangan AS-China.

Korut yang beberapa waktu lalu mengancam akan menyerang Guam, belakangan mengumumkan penundaan atas rencana tersebut. Guam merupakan teritori AS yang berada di Pasifik.

Presiden Donald Trump sendiri telah memperingatkan, AS akan mengirim "api dan kemarahan yang belum pernah dilihat dunia" jika Korut sungguh-sungguh menyerang Guam.

Terkait dengan hubungan perdagangan China-AS, Presiden Trump telah memerintahkan penyelidikan atas dugaan pencurian kekayaan intelektual AS oleh Tiongkok.

Namun, Beijing melihat hal ini sebagai upaya AS untuk memaksa mereka bertindak lebih keras terhadap Korut. Washington menolak kaitan antarkedua isu tersebut.

 

Saksikan video berikut:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya