Diabetes Bisa Jadi Tanda Kanker Pankreas

Dari hasil penelitian diketahui, pasien kanker pankreas sudah lebih dulu mengidap diabetes tipe 2 pada tahun sebelumnya

oleh Fitri Syarifah diperbarui 02 Feb 2017, 16:30 WIB
Diabetes Mungkin Bisa Jadi Tanda Kanker Pankreas

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi terbaru menemukan, diabetes mungkin bisa menjadi tanda awal seseorang menderita kanker pankreas.

Hal ini dipresentasikan dalam European Cancer Congress di Amsterdam beberapa waktu lalu. Dalam studi tersebut, 50 persen orang dari dua kelompok sampel yang didiagnosis kanker pankreas, rupanya sudah mengalami diabetes tipe 2 pada tahun sebelumnya, dan bahkan telah diberi obat untuk mengendalikan penyakitnya.

"Ini telah dikenal untuk beberapa waktu bahwa ada hubungan antara diabetes tipe 2 dan kanker pankreas, hubungan antara dua kondisi yang kompleks," Alice Koechlin, dari International Prevention Research Institute in Lyon, France, seperti dilansir WebMD, Kamis (2/2/2017).

The American Cancer Society memperkirakan lebih dari 53.000 orang akan didiagnosis dengan kanker pankreas pada 2017.

Penelitian ini melibatkan 368.377 orang dengan diabetes tipe 2 di Belgia dan 456.311 di Italia. Di antara pasien ini ada 885 dan 1.872 kasus kanker pankreas didiagnosis masing-masing selama 5 tahun.

Para peneliti menemukan, pasien memiliki 3,5 kali risiko lebih tinggi didiagnosis menderita kanker pankreas dibandingkan dengan mereka yang tidak mendapat pengobatan insulin pada 3 bulan pertama setelah resep diberikan. 

"Dokter dan pasien diabetes harus menyadari bahwa diabetes akan cepat memburuk. Dan ini bisa menjadi tanda pertama dari kanker pankreas tersembunyi, dan langkah-langkah harus diambil untuk menyelidikinya," kata Koechlin.

Hubungan antara kanker pankreas dan diabetes tipe 2 telah menjadi bidang yang menarik bagi para peneliti selama beberapa tahun, studi ini dianggap begitu berharga, kata chief executive of the Pancreatic Cancer Research Fund, Maggie Blanks.

"Ada upaya global menyelidiki biomarker untuk kanker pankreas dalam darah atau air liur yang mungkin memiliki potensi diagnostik dan penelitian awal. Namun melihat studi ini akan mengidentifikasi mereka yang berisiko tinggi kanker mampu mendiagnosis dengan cepat, sehingga pengobatan yang tepat dapat dimulai sesegera mungkin," ujar Blanks.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya