Yamaha: Tak Ada Praktik Kartel dalam Budaya Kami

Yamaha tak memiliki budaya bermain curang. Sebaliknya mereka fokus meningkatkan ekspor.

oleh Gesit Prayogi diperbarui 09 Jan 2017, 16:10 WIB
Ilustrasi (Foto: http://aqua-designs.deviantart.com/art/Yamaha-Logo-213302833)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Minori Morimoto tak terima dituduh melakukan praktik kartel. Sebagaimana diketahui, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menuduh Yamaha-Honda bersekongkol `memainkan` harga motor matik 110 cc.

"Hal ini (praktik kartel) bukanlah fokus kami. Kami lebih fokus menciptakan produk. Di sini kami punya karyawan serta mitra dealer, yang menopang lebih dari satu juta tenaga kerja. Kami lebih sibuk untuk menjalankan usaha daripada melakukan praktik kartel," kata Minori saat ditemui di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (9/1/2017).

Di lain sisi, lanjutnya, YIMM bersama karyawannya berupaya meningkatkan jumlah model global yang diproduksi secara lokal. Sebab, mereka tak hanya fokus pada pasar domestik tapi juga berupaya menjadi basis ekspor model Yamaha.

"Yamaha merupakan pengekspor motor terbesar di Indonesia. Saya berusaha memperbesar peluang lebih besar, untuk itu kami berusaha mengembangkan investasi," imbuh dia.

Bagi Yamaha, main curang tak ada dalam budaya pabrikan berlambang garpu tala itu. Dia berharap KPPU bisa memutuskan persoalan ini secara adil.

"Kasus ini membuat kami sangat terkejut. Kami sangat mengharapkan keputusan akan dikeluarkan secara adil dan benar. Karena kami ingin maju semakin ke depan," ucap dia.

Sebagaimanana diketaui, KPPU melakukan investigasi pada 2013 dan 2014. Dari situ mereka meyakini, telah terjadi komunikasi oleh pihak yang bersangkutan untuk membuat sebuah pola kesepakatan. Tentu saja, Yamaha-Honda tak menerima tuduhan tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya