Dikalahkan Eks Satpam, Diktator Gambia Tolak Hasil Pemilu

Sikap Presiden Yahya Jammeh kontradiktif dengan apa yang pernah ia sampaikan. Kini ia menolak kalah.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 10 Des 2016, 11:15 WIB
Presiden Gambia Yahya Jammeh (Reuters)

Liputan6.com, Banjul - Presiden Gambia, Yahya Jammeh mengeluarkan pernyataan mengejutkan. Ia mengaku menolak hasil pemilu di negara Afrika Barat tersebut.

Pernyataan ini bertolak belakang dari komentar Jammeh sepekan lalu. Kala itu, ia mengakui kekalahannya.

"Ini sesuatu yang abnormal," ucap Jammeh seperti dikutip dari BBC, Sabtu (10/12/2016).

"Setelah melalui investigasi, saya memutuskan untuk menolak hasil pemilu ini," paparnya.

Bukan cuma tak mau menerima hasil pemilu, Jammeh pun menyerukan agar pemilu ulang segera dilangsungkan dalam waktu dekat.

Jammeh menderita kekalahan dari Adama Barrow yang didukung 6 partai oposisi Gambia. Barrow merupakan pengusaha properti yang pernah bekerja sebagai satpam di sebuah supermarket di Inggris.

Menanggapi komentar Jammeh, Ketua Tim Transisi, Mai Ahmad Fatty segera bertindak. Ia menyatakan tengah berkonsultasi mengenai langkah apa yang harus mereka lakukan.

"Sejauh apa yang sudah kami khawatrikan, rakyat Gambia sudah memberikan pilihan. Kami akan memelihara perdamaian dan tak akan membiarkan kekerasan terjadi," ucap Fatty.

Pada 1 Desember lalu, KPU Gambia mengeluarkan hasil pemilu. Presiden Jammeh mendapat 212.099 suara (36,7%) sementara Barrow 263.515 (45%).

Semenjak berkuasa di Gambia melalui suatu kudeta pada 1994, Presiden Jammeh memerintah negeri dengan tangan besi disertai sikap sikap represif dan diduga tak segan untuk menginisiasi suatu pembunuhan.

Pemimpin yang minta dipanggil sebagai "Yang Mulia" ini diketahui pernah menembaki para pengunjuk rasa damai.

Ia bahkan pernah mengeluarkan tuntutan kepada para homoseksual agar meninggalkan negeri dalam waktu 24 jam atau dipenggal.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya