Pertanyaan Muslimah Muda Ini Ditujukan untuk Donald Trump

Trump kemudian menyinggung sikap Obama dan Hillary yang menolak menggunakan terminologi 'teror Islam radikal'.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 10 Okt 2016, 09:04 WIB
Dua capres AS, Donald Trump dan HIllary Clinton berhadapan dalam Debat Capres AS 2016 putaran kedua di Washington University, St Louis, Missouri, Minggu (9/10). (Robyn Beck / AFP)

Liputan6.com, St Louis - Seorang muslimah muda mengajukan pertanyaan kepada Donald Trump. Ia bertanya, apa yang akan dikatakan calon presiden Partai Republik itu kepada orang-orang seperti dia yang khawatir melonjaknya Islamfobia atau sikap anti-Islam pascapemilu.

Trump tak menjawab pertanyaan itu, ia justru mengalihkannya pada isu melawan terorisme.

"Anda benar soal Islamfobia, dan itu memalukan," kata dia. Miliarder nyentrik itu kemudian berjalan menjauh dari pemberi pertanyaan, seperti dikutip dari CNN, Senin (10/10/2016).

"Namun, kita punya masalah...Ketika Muslim melihat sesuatu terjadi, kita harus melaporkannya."

Trump kembali menyinggung sikap Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Hillary Clinton untuk menyebut terminologi "radical Islamic terror" atau teror Islam radikal. "Sebelum membahas soal itu, Anda harus mengatakan namanya."

Berbeda dengan Trump, Hillary berjalan ke arah perempuan yang mengajukan pertanyaan, dan bicara langsung dengannya.

"Terima kasih telah menanyakan pertanyaan tersebut," kata dia. "Ada banyak hal-hal yang memecah belah, hal-hal kelam yang dikatakan terkait Muslim," kata mantan Menlu AS itu.

Hillary kemudian menyebut nama Kapten Humayun Khan, yang orangtuanya diserang Trump di tengah penyelenggaraan Konvensi Partai Demokrat.

"Ada banyak Muslim di negara ini sejak era George Washington," kata dia. "Kita baru saja kehilangan orang terkemuka, Muhammad Ali. Visi saya, Amerika adalah tempat di mana setiap orang merasa memiliki tempat."

Hillary juga menyerang apa yang ia sebut sebagai "retorika demagog" Trump dengan menyatakan, "Kita membutuhkan Muslim, untuk menjadi mata dan telinga kita."

Sebelumnya, dalam kampanye, Trump mengatakan akan melarang Muslim masuk ke AS, kecuali mereka yang sudah jadi warga negara Amerika Serikat.

"Itu tak ada kaitannya dengan agama, tapi soal keamanan," kata dia.

"Jika seorang warga negara yang beragama Islam pergi ke luar negeri dan kembali, itu dibolehkan. Mereka adalah warga negara. Beda," kata Trump.

Namun, dalam debat, ia meralat ucapannya. Menurut Trump, apa yang ia lakukan bulan melarang, tapi melakukan pengetatan. 

Almarhum Muhammad Ali sempat bereaksi soal apa yang diucapkan Trump pada Rabu 9 Desember 2015.

"Saya seorang Muslim. Adalah bukan tindakan yang islami membunuh orang-orang tak berdosa di Paris, San Bernardino, atau siapa pun di dunia," kata Ali seperti dikutip dari ABC News, Kamis 10 Desember 2015.

"Muslim sejati tahu bahwa kekerasan sadis yang dilakukan mereka -- yang mengklaim sebagai jihadis -- bertentangan dengan prinsip hakiki agama kami (Islam)."

Pria yang terlahir sebagai Cassius Marcellus Clay, Jr itu meminta semua umat Muslim untuk mengambil sikap terhadap mereka yang menggunakan Islam untuk mengejar kepentingan pribadi.

"Saya yakin, para pemimpin politik seharusnya menggunakan posisi mereka untuk mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam dan menjelaskan bahwa apa yang dilakukan para pembunuh (teroris) itu telah menyesatkan persepsi tentang Islam. Bukannya mengeluarkan pernyataan menyinggung SARA seperti yang dilontarkan Trump." katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya