RI Perlu Tiru, Begini Cara Malaysia Bikin Pekerjanya Lebih Handal

Malaysia jauh lebih maju dibanding Indonesia dalam hal pengembangan serta manajemen SDM yang handal dan kompetitif.

oleh Septian Deny diperbarui 25 Jun 2016, 17:48 WIB
Malaysia jauh lebih maju dibanding Indonesia dalam hal pengembangan serta manajemen SDM yang handal dan kompetitif.

Liputan6.com, Jakarta - Malaysia dinilai memiliki sistem pengembangan dan manajemen sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik dari Indonesia. Negara tersebut menganut contoh pengelolaan SDM di Jepang dan Jerman.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Tenaga kerja Anton J Supits setelah sebelumnya melakukan kunjungan ke Malaysia bersama perwakilan dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker).

Anton mengatakan, Malaysia jauh lebih maju dibanding Indonesia dalam hal pengembangan serta manajemen SDM yang handal dan kompetitif. Sebab, untuk membangun SDM Malaysia seperti saat ini, mantan PM Malaysia Mahatir Muhammad sudah melakukan perencanaan sejak tahun 1997.

"Program pemagangan yang melibatkan dunia industri baru bisa berjalan setelah 2005, setelah terlebih dahulu memperbaiki infrastruktur perangkat pendukungnya seperti aturan hukum dan budgeting," ujar dia di Jakarta, Sabtu (25/6/2016).

‎Menurut Anton, di masa lalu Malaysia juga menghadapi persoalan kekurangan tenaga kerja, terutama untuk jabatan-jabatan blue collar workers (di pabrik, kilang, kebun, lapangan). Sebab, kebanyakan lulusan universitas lebih suka menjadi tenaga white collar yaitu di bidang administrasi, manajemen, perbankan, keuangan, pengacara, konsultan, akuntan, dan lain-lain.

"Padahal  jabatan dalam blue collar membutuhkan tenaga kerja skill dalam jumlah massal yang tidak mampu dihasilkan oleh kampus-kampus di Malaysia," kata dia.

‎Menghadapi fakta tersebut, lanjut Anton, pemerintahan Mahathir Mohammad di era 1990-an berupaya mencari solusi yang visioner dengan menggunakan model Jepang dan Jerman. Pada tahun 1997, sepulang dari kunjungannya ke Jerman, Mahathir mendeklarasikan perlunya memperluas apprenticeship sebagai salah satu pola pelatihan yang efektif untuk mengatasi mismatch.

"Pola ini sudah diterapkan cukup lama di Jerman, dan sukses menjadi the backbone of German industry. Karenanya, pemerintah Malaysia memutuskan mengalokasi anggaran secara signifikan untuk proyek-proyek pelatihan," tandas dia.(Dny/Nrm)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya