RNI Impor Sapi Perdana dari Australia

RNI akan berupaya memperkuat bisnis penggemukan sapi dengan mengembangkan area seluas 50 hektar di Majalengka.

oleh Septian Deny diperbarui 19 Mei 2016, 20:23 WIB
Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (25/1). Peraturan Pemerintah yang membebankan pajak 10% untuk setiap penjualan sapi impor berdampak pada naiknya harga daging di sejumlah pasar tradisional. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) melakukan impor sapi perdana dari Australia pada 2016. Sapi bakalan yang diberangkatkan dari Pelabuhan Wyndham, Australia ini telah tiba di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada17 Mei 2016 lalu.

Direktur Utama RNI Didik Prasetyo mengatakan, ‎sapi-sapi tersebut telah mengisi peternakan sapi RNI di Jatitujuh, Majalengka‎. Selanjutnya sapi bakalan tersebut akan digemukkan sebelum nantinya siap untuk dipotong.

"Setelah melalui masa penggemukan, sapi tersebut akan dipotong di RPH yang telah terdaftar sebagai supply chain RNI, lalu dipasarkan kepada masyarakat," ujar dia di Jakarta, Kamis (19/5/2016).

Didik menuturkan, melalui penerapan pola integrasi peternakan dan perkebunan, impor sapi ini dapat memberi nilai tambah bagi perusahaan terutama dalam hal pemanfaatan sumber pupuk organik.

"Dilakukannya impor ini juga dalam rangka optimalisasi aset kandang sapi di Jatitujuh, Majalengka itu," ujar dia.

Selain itu, ke depannya RNI juga akan berupaya memperkuat bisnis penggemukan sapi dengan mengembangkan area seluas sekitar 50 hektar (ha) di Jatitujuh, Majalengka. Area ini akan disiapkan sebagai peternakan sapi yang mampu menampung hingga 50 ribu ekor sapi potong dalam setahun.

Peternakan sapi tersebut, lanjut Didik, akan dikembangkan secara terintegrasi dengan industri tebu RNI melalui Proyek Integrasi Peternakan Sapi.

Di samping itu, membuka peluang untuk melakukan pembinaan kepada masyarakat dalam rangka pengembangan peternakan sapi sebagai wujud kepedulian RNI kepada masyarakat sekitar.

"Pakan sapi dipenuhi secara mandiri melalui pemanfaatan pucuk tebu dan rumput gajah. Kotoran hewan akan diolah menjadi pupuk cair dan pupuk organik yang bermanfaat untuk perkebunan dan biogasnya akan dimanfaatkan sebagai sumber daya energi bagi masyarakat. Pengelolaan dilakukan dengan pendekatan zero waste," ujar Didik. (Dny/Ahm)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya