Semanggi, Jembatan Impian Bung Karno Simbol Kemakmuran Ekonomi

Jembatan Semanggi hanya salah satu proyek mercusuar Soekarno.

oleh Nila Chrisna Yulika diperbarui 08 Apr 2016, 13:31 WIB
Suasana jembatan Semanggi dilihat dari atas. Menurut warga sekitar, setelah Tragedi 98 banyak muncul penampakan di kawasan tersebut. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai merevitalisasi jembatan Semanggi hari ini. Hal itu dilakukan dengan harapan dapat mengurai beban arus lalu lintas yang selama ini menumpuk di jembatan cantik itu.

Jembatan Semanggi. Jalan layang yang melingkar-lingkar. Bentuknya seperti daun lalapan semanggi. Sehingga kemudian meresap dan menjadi nama jembatan itu sendiri.

Dulunya kawasan itu berupa rawa-rawa dan banyak tumbuh tanaman semanggi. Struktur daunnya agak menyatu atau bertumbuk.

Bentuknya yang melingkar sebagai simbol kemakmuran perekonomian. Lokasi jembatan ini berada di kawasan Karet, Semanggi dan Setya Budi.

Proses pembangunan jembatan Semanggi tidak mudah. Rakyat Indonesia kala itu mengecam keras rencana Presiden Soekarno membangun jembatan itu. Saat itu rakyat menilai pembangunan jembatan itu sebagai proyek mubazir.


Sebenarnya, pembangunan proyek ini diusulkan oleh Ir Soetami yang menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum kala itu. Menurut Soetami, jembatan ini dibangun untuk menghindari kemacetan saat pelaksanaan Asian Games tahun 1962 di Senayan.

Meski mendapat kecaman, Bung Karno mantap membangun jembatan Semanggi. Pada 1961 proyek dimulai.

Semanggi dibangun dengan panjang total 1.509 meter dan lebar 30 meter.

Saat itu, jembatan Semanggi hanyalah salah satu proyek raksasa Soekarno. Pada waktu bersamaan, Bung Karno juga membangun Tugu Monas, Hotel Indonesia, Sarinah, dan Senayan.

Rakyat menyebutnya sebagai Proyek Mercusuar karena dianggap menghambur-hamburkan uang negara dan tidak bermanfaat bagi kesejahteraan.

Pada 1962, jembatan impian Bung Karno itu kokoh berdiri. Soekarno meresmikannya dengan memberi nama jembatan itu Semanggi. Kata dia, susunan daun semanggi melambangkan persatuan bangsa.

Filosofinya, daun semanggi adalah simbol persatuan, dalam bahasa Jawa ia menyebut 'suh' atau pengikat sapu lidi.

Tanpa 'suh', sebatang lidi akan mudah patah. Sebaliknya, gabungan lidi-lidi yang diikat dengan 'suh' menjadi kokoh dan bermanfaat menjadi alat pembersih.

Simpang Susun Semanggi

Kini di Jakarta yang modern ini, kawasan jembatan Semanggi menjadi poros lalu lintas sekaligus ciri khas Ibu Kota.

Di masa kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, jembatan Semanggi diperluas. Ground breaking pembangunan simpang susun Semanggi pun dilakukan hari ini, Jumat (8/4/2016).

Ahok mengatakan, simpang susun Semanggi tersebut akan menjadi ikon baru Jakarta sebagai ibu kota negara. Sebab, merupakan bentang terpanjang di atas jalan tol dalam kota secara melengkung (hiperbolik).

"Ini sejarah sipil pertama di Indonesia yang memasang precast sepanjang 80 meter di atas Semanggi. Ini konstruksi sipil begitu luar biasa," ucap Ahok.

Target penyelesaian pembangunan oleh kontraktor PT Mitra Panca Persada itu akan selesai dalam 18 bulan dan menelan biaya Rp 360 miliar. Proyek yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto atau Jalan Jenderal Sudirman tersebut baru dapat dioperasikan Agustus 2017.

Panjang total Ramp 1 adalah 796 m dan panjang Ramp 2 adalah 826 meter. Lebar jalan masing-masing 8 meter per jalur.

"Pembiayaan murni dari swasta, untuk kompensasi atas pelampauan nilai koefisien lantai bangunan (KLB)," ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Yusmada Faisal di Taman Semanggi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya