Rizal Ramli: Revaluasi Bikin Aset BUMN Melonjak Rp 2.000 Triliun

Pemerintah optimistis revaluasi aset akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen pada tahun ini

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Feb 2016, 21:45 WIB
Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli menjawab pertanyaan dalam acara temu wicara bersama wartawan di rumah dinasnya di Jakarta, Rabu (25/11). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah optimistis revaluasi aset akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6 persen pada tahun ini. Dengan kebijakan tersebut, aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diprediksi menembus Rp 2.000 triliun dan membuka peluang menerbitkan surat utang hingga US$ 100 miliar atau sekitar Rp 350 triliun.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyatakan, total aset perusahaan pelat merah Indonesia pasca sebagian BUMN mengikuti revaluasi atau penilaian kembali aset tercatat Rp 800 triliun.

"Jika semua BUMN lakukan revaluasi aset, paling tidak aset BUMN naik Rp 2.000 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (22/2/2016).

 

Bila aset perusahaan pelat merah mencapai angka Rp 2.000 triliun, kata Rizal, pemerintah akan meminta kepada BUMN yang telah melakukan revaluasi aset menerbitkan surat utang dalam denominasi rupiah maupun valuta asing (valas).

"Cari sindikasi pinjaman sekitar total US$ 100 miliar. Investment banker yang akan keliling dunia, ke pusat pasar uang di New York, Tokyo, Hong Kong, London meyakinkan ekonomi RI sudah bangkit sehingga bisa terbitkan bond US$ 100 miliar," jelasnya.

Rizal meyakini dengan penerbitan surat utang senilai US$ 100 miliar, maka akan membantu pemerintah dalam mempercepat pembangunan infrastruktur, seperti harapan Presiden Jokowi membangun kereta api di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.

"Dengan uang US$ 100 miliar kita bisa tenang karena total investasi bangun kereta api itu paling US$ 35 miliar-US$ 40 miliar. Sedangkan sisanya buat bangun infrastruktur lagi," terangnya.

Kata Rizal, revaluasi aset akan mengangkat perekonomian Indonesia ke level 6 persen di 2016. Sementara lembaga internasional memprediksikan ekonomi Indonesia akan bertumbuh di kisaran 5,2 persen-5,3 persen tanpa memperhitungkan kontribusi dari revaluasi aset.

"Kita memang undang investasi asing masuk, tapi asing juga tidak bodoh kalau pertumbuhan ekonomi kita masih 5 persen, mending investasi di India, Filipina. Jadi kita harus bangkit lewat revaluasi aset dan penerbitan bond karena ini akan membuat persepsi Indonesia semakin positif," tandas Rizal. (Fik/Zul)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya