Makanan Berformalin dan Boraks Masih Banyak Beredar di Jakarta

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) menyatakan sejumlah wilayah di Jakarta masih menjadi sasaran penjual bahan makanan berbahaya.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 18 Feb 2016, 11:52 WIB
Kepala Balai Besar POM Jakarta Dra. Dewi Prawitasari dan Kasudin Pendidikan Wilayah II Feri Safarudin

Liputan6.com, Jakarta Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (POM) menyatakan sejumlah wilayah di Jakarta masih menjadi sasaran penjual bahan makanan berbahaya. Dari hasil uji sampling yang dilakukan sebelum Imlek beberapa waktu lalu, kawasan Jakarta Barat merupakan daerah yang paling parah.

"Masih kami temukan bahan berbahaya. Jakarta Barat itu paling parah. Kami mengambil sampel dari seluruh pasar modern, tradisional, dan Rusunawa di DKI Jakarta," kata Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta, Dra. Dewi Prawitasari, Apt.M.Kes pada Health Liputan6.com di sela-sela sidak jajanan di SDN O3 Tebet Barat, Jakarta, Kamis (18/2/2016). 

Beberapa temuan ini, kata dia, bahkan sudah dilaporkan ke Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Berikut hasil temuan BPOM untuk makanan yang positif berformalin dan boraks:

Jakarta Utara 11 persen
Jakarta Selatan 18 persen
Jakarta Pusat 7 persen
Jakarta timur 17 persen
Jakarta Barat 33 persen
Dan kawasan Car Free Day 7 persen

"Gubernur sudah tahu itu, seperti di Dukuh Atas ada makanan berbahaya. Hanya saja kami hanya melaporkan dan yang melakukan tindakan adalah Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah," kata Dewi.

Dewi menambahkan, makanan kemasan berprotein tinggi cenderung disebut berisiko tinggi (high risk) karena pengolahan dan cara penyimpanannya bisa memicu berkembang biaknya mikroba.

"Makanan high risk, meski bagus kemasannya tapi dijual tidak menggunakan pendingin akan diperiksa karena ini bahan baku yang seharusnya dikemas dengan teknologi dan biaya besar. Jadi tidak sembarangan. Bagi yang tidak memenuhi ketentuan produk tentu akan kami laporkan," tegas Dewi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya