Emiten Ini Patok Kontrak Baru Rp 1,8 Triliun Usai IPO

Target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 1,3 triliun telah tercapai.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Des 2015, 12:14 WIB
Pekerja saat melihat pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (27/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 36,50 poin atau 0,8 persen ke 4.560,56. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta -
Perusahaan di bidang konstruksi pondasi, PT Indonesia Pondasi Raya Tbk (IDPR) menargetkan meraih kontrak baru sebesar Rp 1,8 triliun pada tahun depan. Manajemen merasa optimistis target tersebut tercapai seiring langkah pemerintah menggenjot sektor infrastruktur.
 
Presiden Direktur PT Indonesia Pondasi Raya Febyan, mengatakan target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 1,3 triliun telah tercapai dan melihat tren yang ada terjadi kelebihan sekitar Rp 200 miliar- Rp 300 miliar.
 
"Rp 1,8 triliun, kita lihat semua peluang karena buat kita semua jenis pekerjaan konstruksi harus ada pondasi. Jadi pada saat itu proyek yang mana masuk dahulu kita garap," kata dia di Jakarta, Kamis (10/12/2015).
 
Adapun kontrak yang baru yang masuk di antaranya pondasi untuk proyek LRT di Palembang. Ke depan, perseroan juga mengincar proyek-proyek seperti power plant, bendungan, jembatan dan bandara.
 
 
Sementara itu, perseroan baru saja mencatatkan saham perdana di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan menawarkan saham Rp 1.280 dengan total dana yang diraup sekitar Rp 387,84 miliar.
 
Dana tersebut sekitar 40,5 persen untuk pembelian aset tetap yaitu mesin-mesin untuk pekerjaan pondasi, dinding penahan tanah pengujian tiang dan alat pendukung kegiatan operasional.
 
"Kita targetkan (mesin) Rp 150 miliar. Rata-rata tiap tahun gitu, dengan kondisi ini kita bisa grow makin besar," ujarnya.
 
Kemudian perseroan mengalokasikan 10,8 persen untuk penambahan investasi pada entitas anak PT Rekagunatek Persada. Perseroan mengembangkan beton precast. Adapun total nilai investasi keseluruhan Rp 80 miliar-Rp 100 miliar. "Target 700-1.000 meter persegi, per bulan," tuturnya.
 
Lalu, sebanyak 23,8 persen untuk pembelian lahan. Sedangkan sisanya 24,9 persen untuk modal kerja operasional proyek."Sebenarnya lahan itu sudah lama dipakai Indopora karena kepemilikan bukan PT, pribadi, maka karena listing jadi dibeli," tandas dia. (Amd/Nrm)
 
** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya