BI: Wajar Kalau China Ingin Yuan Jadi Mata Uang Dunia

Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara menuturkan yuan mesti memenuhi beberapa tahap untuk menjadi mata uang dunia.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 26 Nov 2015, 17:38 WIB
Petugas menghitung uang pecahan 100 Yuan, Jakarta, Kamis (13/8/2015). Biang kerok keterpurukan kurs rupiah dan sejumlah mata uang negara lain adalah kebijakan China yang sengaja melemahkan (devaluasi) mata uang Yuan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menilai langkah China untuk memasukkan yuan (renminbi) dalam keranjang Special Drawing Rights (SDR) adalah hal wajar. Lantaran, posisi ekonomi China menjadi salah satu terkuat di dunia.

"Menjadi komponen SDR itu jadi konsekuensi logis," kata dia di Jakarta, Kamis (26/11/2015).

Namun, yuan mesti memenuhi beberapa tahap untuk menjadi mata uang dunia. Mirza mengatakan, yuan mesti tersedia di berbagai negara. Kemudian, menerapkan kurs yang fleksibel. Hal tersebut sebagaimana terjadi pada dolar Amerika serikat (AS) dan yen Jepang.

"Kita lihat sebagai suatu fase, kalau renmimbi itu kalau mau dipergunakan dunia sebagai alat investasi perdagangan, untuk utang, masih memerlukan tahap-tahap karena harus yang available di dunia, harus kurs yang floating tidak boleh fix rate seperti dolar, yen," jelas Mirza.

Karena itu, menjadi wajar pula jika China menjadi lebih aktif berinteraksi dengan negara lain, tak terkecuali Indonesia."Makanya China mulai buka kontrol modalnya, membuka pelan sesuai fundamental kesiapan. Tawarkan fasilitas  swapnya agar supaya perdagangan Indonesia-China bisa pakai yuan," tandas dia.

Sebelumnya Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Orde Baru, Fuad Bawazier menuturkan yuan sudah sangat siap menjadi mata uang internasional karena dukungan kekuatan perekonomian Negeri Tirai Bambu yang mencatatkan Product Domestic Bruto (PDB) di atas 20 persen dari total PDB dunia.

"Yuan China sudah mulai menjadi super power. Dan AS dengan dolarnya juga ditopang kedigdayaan ekonomi AS yang besar. Jadi perlu ada Euro, Yuan dan dolar AS sebagai mata uang dunia," ucap Fuad.

Selama ini, sambung Fuad, mata uang dunia hanya tunggal yakni dolar AS sehingga seluruh negara bergantung pada AS dan Bank Sentralnya The Federal Reserve. Dengan begitu, tambah dia, ketika ada kebijakan dari The Fed, maka seluruh dunia goyang.

"Kalau cuma satu mata uang, tunggal dolar AS sebagai mata uang internasional, maka gonjang ganjing akan semakin parah," terang dia.

Lalu apa dampaknya bagi Indonesia apabila mata uang yuan, dolar AS dan Euro resmi menjadi mata uang dunia?

"Ekonomi kita akan lebih stabil, karena kita punya cadangan devisa dari tiga mata uang tersebut, lebih bervariasi. Jadi kalau ada sentimen negatif, Indonesia tidak terlalu parah gonjang ganjingnya," tandas Fuad. (Amd/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya